Jumat 18 Jun 2021 16:16 WIB

Tanaman Porang Bisa Dikembangkan di Lahan Marginal

Saat ini investor untuk pengolahan porang juga mulai masuk.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Bupati Semarang, Ngesti Nugraha (paling kanan) memegang umbi porang di sela melakukan panen raya porang di Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jumat (18/6). Menurut bupati, budidaya tanaman porang bisa dioptimalkan di lahan margibal yang ada di daerah
Foto: Istimewa
Bupati Semarang, Ngesti Nugraha (paling kanan) memegang umbi porang di sela melakukan panen raya porang di Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jumat (18/6). Menurut bupati, budidaya tanaman porang bisa dioptimalkan di lahan margibal yang ada di daerah

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Budi daya tanaman porang (Amorphophallus muelleri) bisa dikembangkan di lahan marginal yang ada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Selain nilai ekonominya yang menjanjikan, juga bisa menjadi kiat guna menyiasati produktivitas lahan.

Hal ini diungkapkan Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, di sela melakukan panen raya (perdana) porang, hasil budi daya petani di Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jumat (18/6).

Menurut bupati, budi daya tanaman porang yang dilakukan para petani di lingkungan Desa Tukang di Kecamatan Pabelan tersebut telah mampu menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.

Untuk lahan seluas satu hektare saja, ternyata mampu menghasilkan umbi porang hingga mencapai 75 ton. Dengan asumsi harga porang saat ini Rp 7.500 per kilogram, maka nilai ekonomi yang dihasilkan bisa mencapai Rp 562,5 juta atau setengah miliar lebih.

 

“Oleh karena itu, tanaman porang saat ini menjadi salah satu komoditas yang menjadi primadona di kalangan petani, karena harga jualnya yang lebih menguntungkan,” ungkap Bupati Semarang.

Sebelumnya, harga porang yang juga menjadi salah satu komoditas ekspor tersebut sempat mencapai Rp 14 ribu per kg dan sekarang harganya mulai turun menjadi Rp 7.500 per kg.

“Kendati ada penurunan harga, jika hasil produksinya bisa dimaksimalkan, maka akan bisa membantu mendorong kesejahteraan para petani,” lanjutnya.

Di lahan budi daya yang ada di Desa Tukang, ada 15 ribu batang pohon porang yang dipanen. Maka Pabelan ini bisa menjadi sentra produksi porang di Kabupaten Semarang selain beberapa desa di Kecamatan Tuntang, Banyubiru dan wilayah Kecamatan Ungaran Barat.

Untuk pengolahan chips porang di Kabupaten Semarang, untuk saat ini ada di Jambu dan Karangjati dengan kapasitas lima ton per hari serta di Tengaran dengan kapasitas mencapai 20 ton per hari.

Oleh karena itu, bupati juga meminta petani untuk tidak ragu menanam porang, namun untuk lahan yang produktif dan selama ini ditanami padi tetap harus diteruskan dan juga terus ditingkatkan.

Porang ini bisa jadi alternatif untuk lahan marjinal atau lahan yang selama ini terhambat produktivitasnya karena sering diserang hama. “Petani harus yakin karena saat ini investor untuk pengolahan porang juga mulai masuk,” tambahnya.

Menurutnya, sebagai upaya mendorong petani agar lebih produktif dengan menanam porang, saat ini Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) telah  berkomunikasi intensif dengan perbankan.

“Tujuannya tak lain untuk mengupayakan kemudahan akses permodalan bagi para petani porang yang ada di Kabupaten Semarang, melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun kredit usaha lunak lainnya,” tegas bupati.

Sementara itu, Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Wigati Sunu menambahkan, budi daya tanaman porang di Kabupaten Semarang saat ini tersebar di 14 kecamatan dengan luas lahan total mencapai 165 hektare.

Dari luas lahan tanaman porang tersebut, 15 hektare di antaranya sudah melakukan panen dengan harga jual di tingkat petani mencapai kisaran Rp 7.500 per kg.

Ia pun mengamini, saat ini tanaman porang menjadi salah satu komoditas hasil pertanian yang sangat menjanjikan, karena para pembeli dari tingkat pabrikan sampai datang ke lahan untuk melakukan transaksi.

“Jika petani serius menanam dan membudidayakan tanaman porang, tentu akan mendapat keuntungan yang relatif bagus dan cukup menjanjikan,” tambah Sunu.

Sementara itu, inisiator penanam porang di wilayah Desa Tukang, Riyadi mengungkapkan, tanaman porang bisa menjadi pemantik para petani milenial karena nilai ekonominya yang relatif menjanjikan.

Mereka (para petani yang berusia relatif muda) tentu akan semakin bersemangat, karena ada kesejahteraan dan keuntungan yang sudah dibuktikan dari hasil budi daya tanaman porang tersebut.

“Makanya, kami dan para petani di Desa Tukang juga membuka diri kepada para pemuda atau petani milenial yang akan belajar untuk membudidayakan tanaman porang,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement