Rabu 12 Oct 2022 19:24 WIB

Ponpes ini Mampu Berhemat dari Pengeluaran Biaya Listrik, Apa Kiatnya?

Sekitar 40 persen kebutuhan listrik di pondok telah digantikan PLTS Atap.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen (paling kanan) bersama Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko (tengah) saat meninjau instalasi pengatur daya PLTS Atap yang dipasang di Atap di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, di Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Foto: dok. Humas Prov Jateng
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen (paling kanan) bersama Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko (tengah) saat meninjau instalasi pengatur daya PLTS Atap yang dipasang di Atap di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, di Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Pengasuh dan para pengelola Pondok Pesantren (Ponpes) Tanbihul Ghofilin Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, sekarang bisa menghemat biaya operasional dari pengeluaran tagihan rekening listrik.

Hal itu setelah sarana Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap bantuan Gubernur Jateng berikut instalasinya telah dioperasionalkan untuk mendukung kebutuhan energi listrik bagi warga ponpes setempat.

Dengan telah beroperasinya PLTS Atap ini, maka sebagian beban kebutuhan listrik PLN telah digantikan oleh PLTS, hingga pengeluaran untuk rekening listrik di Ponpes Tanbihul Ghofilin, kini bisa dipangkas.

Alhamdulillah, pengeluaran untuk rekening listrik bisa berhemat. Karena 40 persen kebutuhan listrik di pondok, kini telah digantikan oleh PLTS Atap,” ungkap Ketua Ponpes Tanbihul Ghofilin, Ahmad Muhid Dwi, saat dihubungi Rabu (12/10/2022).

Ia menjelaskan, bantuan PLTS Atap yang mulai dikerjakan September 2022 lalu, kini sudah bisa dioperasionalkan untuk menopang kebutuhan listrik di ponpes yang dihuni 2.384 santri dan santriwati ini.

Menurut Muhid, PLTS Atap yang dipasang di Ponpes Tanbihul Ghofilin mampu menghasilkan daya 10 ribu Kwh. Sehingga jika sebelum ada bantuan PLTS pengeluaran biaya listrik ke PLN mencapai Rp 2,4 juta hingga Rp 2,6 juta sekarang hanya mengeluarkan Rp 1,1 juta.

Untuk saat ini, jelasnya, daya listrik yang dihasilkan itu digunakan untuk menggerakkan pompa-pompa bagi pemenuhan kebutuhan air warga pondok. Kebetulan di sekitar lokasi pondok banyak terdapat sumber air yang dapat dimanfaatkan dengan menyedot ke atas (penampungan).

Sebab air menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi Kegiatan para santri di pondok. Baik untuk wudlu, mandi, dan lain sebagainya yang membutuhkan dukungan ketersediaan air bersih yang mencukupi.

Terlebih, kontur tanah di lokasi ponpes ini juga beragam, ada bangunan yang lokasinya berada di tanah yang lebih tinggi dan ada yang lokasinya lebih rendah.

Misalnya, untuk asrama santri berada di atas, tetapi kegiatan para santri banyak dilaksanakan di gedung yang berada di lokasi yang lebih rendah dari bangunan asrama santri. Sehingga dengan adanya pompa air akan semakin mendukung kelancaran kebutuhan air bersih bagi warga pondok.

Melalui dukungan PLTS Atap, proyeksinya Ponpes Tanhibul Ghofilinkan ke depan akan mampu berhemat hingga Rp 20 juta per tahun. “Sehingga dapat dimanfaatkan untuk menopang kebutuhan pondok lainnya,” tegas Muhid.

                                                                                                Sebelumnya, komitmen Pemprov Jateng dalam memperbanyak ekosistem pemanfaatan Energi baru terbarukan (EBT) mendapatkan apresiasi oleh Institute for Essentiol Services Reform (IESR) sebagai salah satu co-chair Civil20 (C20 Indonesia),

Dari catatan Dinas ESDM Provinsi Jateng pada 2021, sudah terbangun 995 kWp PLTS yang dipasang dengan APBN (sebesar) 881 kWp dan APBD provinsi serta kabupaten 114 kWp.

Jumlah ini akan terus bertambah dengan dibangunnya PLTS atap pada kawasan UMKM dan pondok pesantren lain, yang saat ini sedang dalam proses.

Menurut Gubernur Ganjar Pranowo, daerahnya memiliki banyak potensi EBT seperti panas matahari, gas rawa, geothermal, biogas, angin dan air yang tersebar di banyak daerah di wilayah.

Hal ini mendorong pemprov terus mengoptimalkan pemanfaatan potensi EBT tersebut. “Kita sudah memulai dan mencari kekuatan lokal maupun partisipasi masyarakat untuk melakukan, meskipun kecil,” katanya.

Saat ini, pemanfaatan EBT di beberapa desa sudah berjalan bagus dan ini penting agar ke depan masyarakat bisa mendiri dalam pemafaatan energi. Pemerintah siap membantu masyarakat untuk menghadirkan energi yang terbarukan.

“Maka daerah-daerah kita minta mencari potensinya apa, kita mendampingi dan kita membantu pembiayaan. Sehingga nantinya mereka bisa memanfaatkan itu dengan baik,” kata Ganjar.

Terpisah, Direktur Eksekutif Institite for Essential Services Reform (IESR), Febby Tumiwa mengakui, Jateng menjadi daerah yang berkomitmen memperkuat pengembangan energi terbarukan di tanah air.

Menurutnya, pengembangan energi terbarukan berskala nasional mesti dimulai dari daerah. Jateng telah mewujudkannya melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

“Jateng juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung penuh pengembangan energi terbarukan,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement