Ahad 23 Oct 2022 11:05 WIB

Obat Sirup Diduga Picu Gangguan Ginjal Anak, Ini Kata Dokter RS UMM

Seluruh sirup atau obat yang berbentuk cair pasti mempunyai bahan pelarut.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah apotek di Jalan Setia Budi, Medan, Sumatera Utara, Jumat (21/10/2022). Sidak tersebut bertujuan untuk memberikan sosialisasi kepada seluruh apotek mengenai larangan penjualan sejumlah?obat?sirup terkait Surat Edaran Wali Kota Medan Nomor: 440/11891 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Gangguan Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal pada Anak.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Petugas Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah apotek di Jalan Setia Budi, Medan, Sumatera Utara, Jumat (21/10/2022). Sidak tersebut bertujuan untuk memberikan sosialisasi kepada seluruh apotek mengenai larangan penjualan sejumlah?obat?sirup terkait Surat Edaran Wali Kota Medan Nomor: 440/11891 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Gangguan Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal pada Anak.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Saat ini dunia termasuk Indonesia tengah dikhawatirkan dengan fenomena gagal ginjal akut pada anak. Pasalnya, Kementerian Kesehatan telah mengumumkan ada 241 kasus gagal ginjal pada anak dan 133 di antaranya meninggal dunia pada Jumat (21/10/2022).

Kabarnya, kematian tersebut disebabkan oleh penggunaan obat sirup. Menanggapi hal tersebut, Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Pertiwi Febriana Chandrawati, mengambil sikap dan memberi penjelasan dalam program UMMTalks.

Terutama terkait apakah obat sirup bisa menjadi penyebab penyakit tertentu pada anak. Pertiwi menjelaskan, penyakit gagal ginjal biasanya menyebabkan peningkatan kreatinin. Artinya, ada penurunan fungsi darah disertai penurunan urin atau urin tidak bisa keluar sama sekali.

Menurut data dari Kemenkes, ada dua kriteria yang disebut suspek gangguan ginjal pada anak, yaitu oliguria dan anuria. Oliguria merupakan gangguan di mana seseorang hanya mengelus kencing dalam jumlah sedikit selama enam hingga delapan jam.

Hal ini berarti orang tua yang memiliki anak satu tahun setidaknya harus ganti popok dalam jangka waktu tersebut. "Kalau ternyata setelah dicek pampers-nya kencingnya masih sedikit, berarti harus hati-hati, karena bisa jadi itu terkena oliguria," jelasnya.

Sementara itu, anuria berkenaan dengan gejala tidak adanya kencing dalam waktu 12 jam atau lebih. Kondisi ini juga harus diwaspadai karena bisa mengarah pada gangguan ginjal.

Dosen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran (FK) UMM ini juga turut memaparkan terkait hubungan sirup dengan penyakit gagal ginjal. Menurut dia, seluruh sirup atau obat yang berbentuk cair pasti mempunyai bahan pelarut.

Pelarut yang aman digunakan adalah polyethylene glycoll atau polyethylene oxide. Keduanya memiliki batas aman secara Internasional dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ada juga pelarut yang tidak diperkenankan penggunaannya ke manusia, yakni ethylene glycol dan diethylene glycol.

Menurut dia, ethylene glycol atau diethylene glycol termasuk pelarut yang biasanya digunakan untuk industri, bukan manusia. Efek sampingnya jika dikonsumsi oleh anak-anak akan membuat mereka pusing kepala dan muntah. Bahkan kemungkinan terparahnya mengalami gangguan ginjal.

Berkaca dari kasus negara Gambia, di sana telah dipastikan ada beberapa obat sirup yang menggunakan pelarut terlarang dan mengakibatkan gagal ginjal. Sebagai tindakan preventif, Pertiwi mengimbau para orang tua untuk sementara tidak memberi obat sirup kepada anak.

Hal tersebut senada dengan yang dianjurkan oleh BPOM, Kemenkes dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Sebagai gantinya, ia menyarankan untuk menggunakan obat puyer. Agar anak mau meminum obat puyer, orang tua bisa menggunakan pemanis buatan sendiri, baik itu berupa gula atau teh manis.

Dua langkah itu dinilai cukup efektif untuk sementara waktu. Di  samping itu, Pertiwi juga memberi solusi kepada orang tua yang ingin menjaga kesehatan anak-anaknya ataupun ketika sakit. Jika demam, langkah yang bisa diambil dengan mengecek menggunakan termometer.

Apabila suhu demam anak di bawah 38 derajat, maka orang tua tidak perlu terburu-buru memberi obat. Anak cukup diberikan minum yang cukup agar kencingnya banyak dan panasnya turun. Namun jika sudah mencapai 39 hingga 40 derajat celcius, anak harus segera bawa ke dokter terdekat.

Kepala SMF Anak dan Perinatologi RS UMM itu juga meminta masyarakat menjaga daya tahan tubuh dan tidak stres. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan berjemur di pagi hari dan mengatur pola tidur. "Lalu mengonsumsi makanan yang bergizi hingga meminum vitamin," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement