Sabtu 28 Jan 2023 09:47 WIB

Sebagian Wilayah Cilacap Masuki Masa Panen Padi Tahap Pertama

Luasan panen mengalami puso akibat banjir pada 2022 hampir 700 hektare,

Lahan sawah di Kroya, Cilacap, Jawa Tengah.
Foto: antara
Lahan sawah di Kroya, Cilacap, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Sebagian wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, telah memasuki masa panen padi musim tanam pertama tahun 2022-2023. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap Mlati Asih Budiarti.

"Pada Januari ini, luasan panen sudah di angka 2.000-an hektare, sedangkan Februari diperkirakan ada sekitar 25 ribu hektare, dan puncaknya pada Maret yang mencapai 32 ribu-an hektare, setelah itu turun lagi," katanya di Cilacap, Jateng.

Menurut dia, area persawahan yang mulai memasuki masa panen pada Januari meskipun masih di titik-titik tertentu tersebar di berbagai wilayah Cilacap. Terutama bagian timur seperti Kecamatan Maos, Sampang, Kesugihan, Nusawungu, dan paling banyak di Binangun.

Ia optimistis kualitas gabah hasil panen musim tanam pertama 2022-2023 dalam kondisi bagus karena curah hujan tidak setinggi sebelumnya dan serangan organisme pengganggu tanaman masih bisa dikendalikan.

 

"Semoga menjelang masa panen raya, tidak ada gangguan cuaca yang mengakibatkan banjir seperti musim tanam sebelumnya," kata Mlati.

Disinggung mengenai produksi padi pada 2022, dia mengatakan berdasarkan hitungan secara reguler yang belum dikoreksi Badan Pusat Statistik, Cilacap mengalami surplus 321.218 ton.

Menurut dia, surplus tersebut lebih rendah dari realisasi 2021 yang mencapai kisaran 340 ribu ton. "Penurunan realisasi surplus tersebut dipengaruhi faktor cuaca buruk yang sering terjadi selama 2022, sehingga berdampak terhadap turunnya produktivitas gabah," jelasnya.

Dalam hal ini, kata dia, luasan panen yang mengalami puso akibat banjir pada 2022 hampir mencapai 700 hektare, sedangkan yang terdampak banjir sekitar 2.100 hektare.

Kendati kerusakan tanaman padi pada lahan seluas 2.100 hektare itu tidak mencapai 75 persen, dia mengatakan kondisi tersebut jelas mengurangi produktivitas maupun kualitas gabah.

"Produksi padi di Cilacap pada 2022 hanya sebanyak 842.512 ton," kata Mlati. Sementara dari pantauan di Desa Glempang, Kecamatan Maos, Cilacap, sejumlah petani mulai memanen padi di sawah.

Salah seorang petani, Suwarjo mengaku bersyukur karena bisa panen lebih awal dibandingkan petani lainnya di Desa Glempang yang diperkirakan baru akan panen pada Februari.

"Dengan panen lebih awal, saya masih bisa menikmati harga jual gabah kering panen (GKP) yang tinggi karena untuk padi Mapan mencapai Rp 6.000 per kilogram, sedangkan IR-64 sekitar Rp 5.500 per kg," katanya.

Menurut dia, harga gabah tersebut akan berangsur turun seiring dengan bertambahnya luasan panen dan ketika panen raya harganya semakin anjlok.

Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan pemerintah bisa menyesuaikan harga pembelian gabah yang dilakukan oleh Perum Bulog saat panen raya demi kesejahteraan petani.

"Kalau harga pembeliannya masih seperti sebelumnya, ya berat juga karena saat sekarang apa-apa sudah naik," kata dia.

Petani lainnya, Hadi Pramono mengaku menjual seluruh gabah hasil panennya ke pedagang asal Subang karena enggan direpotkan dengan penjemuran.

"Kalau cuaca seperti sekarang yang masih sering turun hujan, ya repot jika harus menjemur gabah, mending dijual ke pedagang yang memang punya tempat untuk penjemuran, juga mumpung harganya masih tinggi," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement