Kamis 20 May 2021 20:56 WIB

Pakar: Serangan Siber terhadap Aktivis Diduga Terorganisir

Serangan siber terhadap para aktivis sebenarnya terjadi pula pada masyarakat umum. 

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Ancaman serangan siber kini semakin nyata. (Ilustrasi)
Foto: ABC
Ancaman serangan siber kini semakin nyata. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar digital forensik Ruby Alamsyah menduga, aksi serangan siber terhadap aktivis antikorupsi dilakukan secara terorganisir. Dugaan itu didasari pernyataan sementara para korban yang mencuat di media massa.

"Kalau saya analisa berdasarkan data pasti, tapi kalau informasi yang beredar memang benar sepertinya kejadian tersebut dilakukan oleh sekelompok orang tertentu alias ter-organize dalam kurun waktu tertentu dan cukup masif," kata Ruby kepada Republika, Kamis (20/5).

Ruby menyampaikan hipotesanya sepenuhnya didasari keterangan para aktivis korban peretasan. Menurutnya, serangan itu tergolong sulit dilakukan oleh satu individu saja. 

Walau demikian, dia perlu menyelidiki secara langsung guna memperoleh kesimpulan pasti. "Karena saya enggak pegang datanya. Misalnya, berasumsi kejadian yang disampaikan korban benar semua, ini kejadian luar biasa serangannya. Pastinya enggak dilakukan satu orang kalau dilihat dari polanya," ujar Ruby.

Di sisi lain, Ruby menyampaikan, serangan siber terhadap para aktivis sebenarnya terjadi pula pada masyarakat umum. Sehingga, menurutnya, perlu diselidiki apakah serangan itu acak atau ditargetkan.

"Kejadian-kejadian yang disebutkan korban peretasan WA, ambil alih akun WA, robotcall, penggangguan di akun pemesanan online, itu menurut saya pernah terjadi di masyarakat umum. Kejadian itu bisa terjadi dalam kurun waktu berbeda dan masif tapi orangnya random. Perlu diketahui random atau targeted, kalau benar targeted maka ini organize crime yang dilakukan lebih dari 1 orang," ucap Ruby.

Ruby menyarankan, para aktivis korban serangan siber mengecek akunnya di dunia maya sekaligus perangkat komunikasinya. Tujuannya, guna mendeteksi sekaligus menemukan pelaku serangan.

"Perlu cek akun-akun dan devicenya biar bisa ditemukan pengacaunya itu melakukan kegiatan darimana, bisa dideteksi gunakan metode apa? apakah gunakan metode umum atau metode khusus. Ini yang belum bisa dipastikan karena metode khusus hanya bisa dilakukan sekelompok orang/instansi tertentu," ucap Ruby.

Sebelumnya, upaya peretasan dialami oleh anggota ICW hingga para mantan pimpinan KPK yang jadi pembicara dalam konferensi pers yang menyikapi upaya pemberhentian 75 pegawai KPK yang tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK).

Pembicara yang hadir dalam ruangan zoom yakni enam mantan pimpinan KPK yakni Busyro Muqoddas, Adnan Pandu Praja, Saut Situmorang, Moch Jasin, Bambang Widjijanto dan Agus Rahardjo. Sementara itu peneliti ICW yang hadir yakni Nisa Zonzoa, Kurnia Ramadhana, dan Tamima. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement