Ahad 02 Jan 2022 14:16 WIB

Masuki 2022, MCCC Optimistis Hadapi Covid-19

Bencana Covid-19 tidak mengenal manajemen pra bencana.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Masuki 2022, MCCC Optimistis Hadapi Covid-19. Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah, Agus Samsudin.
Foto: Dokumen.
Masuki 2022, MCCC Optimistis Hadapi Covid-19. Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah, Agus Samsudin.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Agus Samsudin mengatakan, menutup 2021 dan memasuki 2022 tidak terasa sudah 20 bulan mengelola MCCC. Ia menilai, ini merupakan pengalaman membanggakan sekaligus keprihatinan.

Juga semakin memahami nilai-nilai yang dianut persyarikatan dalam tataran praktek. Beruntung, Muhammadiyah organisasi mapan, tingkat pusat banyak yang mumpuni dan penuh dedikasi, juga untuk wilayah, daerah, cabang dan ranting.

Baca Juga

Secara khusus, apresiasi kepada seluruh Rumah Sakit Muhammadiyah-Aisyiyah (RSMA) kepada seluruh dedikasi ketika menghadapi outbreak pada Juni-Juli lalu. Demikian pula kepada relawan-relawan yang bekerja siang malam dalam pemulasaraan jenazah.

Apalagi, tidak ada kurva bencana, berbeda dari manajemen bencana pada umumnya. Bencana Covid-19 tidak mengenal manajemen pra bencana yang mengukur kemungkinan kejadian dan resiko serta mitigasi, sehingga terdapat persiapan ketika bencana.

Tidak ada persiapan karena belum terjadi sebelumnya. Maka itu, yang terjadi masa kegawatdaruratan yang sangat panjang, yaitu dari February 2020 sampai Desember 2021. Layaknya gawat darurat bencana, semua tidak tahu, semua bersifat darurat.

"Serba darurat, berubah dan penuh diskusi dan pasti trial dan error. Covid-19 mengajarkan untuk siap menghadapi perubahan mendadak dan tidak pasti. Hidup itu penuh perubahan, apa yang terjadi hari ini bisa besok hilang, jungkir balik," kata Agus, Ahad (2/1).

Semua menamakan perubahan sebagai sebuah disrupsi. Dari sini, ada kurva belajar baik pemerintah, RS dan masyarakat. Banyak kebijakan berubah, banyak respon RS terus berkembang dan masyarakat melakukan respon terhadap kebijakan dan dampak.

Awal 2021, Indonesia cukup optimistis karena tingkat penularan menurun selepas libur Nataru 2020. Lalu, terjadi lonjakan yang puncaknya Juni-Juli saat semua RS penuh pasien Covid-19, terjadi kekurangan oksigen dan fatalitas meningkat tajam.

MCCC sampai berkirim surat khusus kepada Presiden RI untuk melakukan lock down selama tiga pekan karena pemerintah masih ragu-ragu. Sekalipun, kemudian ada PPKM dalam berbagai level yang akhirnya berjalan cukup efektif sampai sekarang.

Hampir seluruh RSMA dipakai untuk merawat pasien. Tidak akan pernah lupa pada bulan-bulan tersebut ada tenaga kerja kesehatan, ulama, pengurus persyarikatan berbagai level, dosen, guru, saudara dekat, tetangga yang dipanggil Allah SWT.

Vaksinasi juga jadi kontroversi. Vaksinasi, salah satu model paling efektif dari temuan bidang kesehatan. Kini, kita tidak pernah dengar cacar, polio dan lainnya , bahkan generasi Z mungkin tidak mengenal karena penyakit itu hampir tidak ada.

"Dalam konteks Covid-19 percepatan proses penemuan vaksin ditambah berbagai hoax membuat ramai kalau tidak mau disebut kacau. Isu efikasi vaksin, isu konspirasi, isu bisnis, isu HAM, penanaman chips sampai isu keagamaan. MCCC berjalan terus," ujar Agus.

Mengusung Vaksinasi untuk Semua menyasar seluruh lapisan masyarakat, termasuk lansia, difabel dan lintas agama. Kerja sama dengan Kementerian Kesehatan, TNI dan Polri didukung mitra lain telah mem-vaksinasi lebih dari 600 ribu orang.

Tema jadi narasi positif agar bangsa bangkit dari keterpurukan. Penundaan Muktamar ke November 2022 jadi usaha menjaga keselamatan agar tetap sehat dan bisa mempersiapkan lebih baik, sehingga kemeriahan Muktamar bisa dinikmati.

Prinsipnya, semua harus tetap menjaga prokes 3M dan pemerintah meningkatkan 3T. Agus sampaikan beberapa catatan penting yang perlu dicermati seperti penguatan kembali jejaring RS dan kampanye hidup sehat perlu terus diserukan secara luas.

Dengan dilonggarkan aktivitas interaksi dan mobilitas manusia, perlu dipikirkan oleh Majelis Ekonomi dan Amal Usaha yang perlu dilakukan. Perlahan tapi pasti, PTM yang dilakukan langsung maupun tidak langsung ikut gerakkan roda ekonomi.

Penurunan tingkat penularan covid memungkinkan untuk beribadah dengan normal mulai dari haji, umrah, shalat dan pengajian. Tetap waspada karena ada varian baru dengan penularan tinggi. Perlu pantauan setidaknya sampai November 2022.

Akhirnya, Agus menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak kepada MCCC baik berupa moril maupun materiil. Dari pimpinan pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting, seluruh majelis, lembaga, ortom dan semua amal usaha Muhammadiyah.

"Kepada nakes, MCCC wilayah, daerah dan cabang serta relawan tetaplah konsisten menjaga yang telah dicapai. Kepada mitra nasional/internasional yang tidak bisa disebut satu-satu, insya Allah 2022 jadi tahun akhir bencana non-alam di Indonesia," kata Agus. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement