REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pembatasan kegiatan operasional angkutan barang di jalan tol oleh pemerintah saat Natal dan Tahun Baru (Nataru), diprediksi menyebabkan terjadinya penumpukan petikemas di pelabuhan. Sebagai upaya mengantisipasi penumpukan petikemas, Terminal Petikemas Surabaya (TPS) telah melakukan koordinasi serta menetapkan alternatif strategi.
Plt Direktur Utama TPS, Bambang Hasbullah menjelaskan, di antaranya dengan memastikan performa alat serta mengatur slot lapangan penumpukan dengan menyiapkan blok-blok penumpukan sementara petikemas-petikemas. Khususnya untuk petikemas impor yang diperkirakan akan terjadi penumpukan dengan diberlakukannya pembatasan operasional angkutan barang.
Bambang memprediksi, menjelang Nataru komoditi yang diangkut menggunakan reefer container akan meningkat sekitar tiga persen dibanding periode tahun sebelumnya. "Mengantisipasi peningkatan jumlah kebutuhan reefer plug di TPS, kami telah menyediakan sebanyak 1.448 unit reefer plug, sehingga kami pastikan aman," kata Bambang, Kamis (22/12/2022).
Selain itu dari segi fasilitas, TPS juga telah melakukan pengerjaan peninggian dan perbaikan paving bergelombang di beberapa blok lapangan penumpukan. Review terhadap sistem Terminal Operating System (TOS) juga dilakuan oleh tim operasional, planning, dan IT TPS, sebagai upaya preventif atas risiko terjadinya kendala pada sistem.
TPS juga diakuinya telah mengatur ketersedian sumber daya manusia dengan menetapkan pola cuti secara bergilir, sehingga pelayanan di TPS tetap optimal. "Selama Nataru, TPS juga tetap melayani 24 jam tujuh hari seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami tidak ada libur, kami pastikan logistik tetap berjalan lancar," ujar Bambang.
Bambang menjelaskan, sampai November 2022, catatan arus petikemas yang ditangani TPS adalah 1.245.283 TEUs. Dengan rincian kontribusi arus petikemas internasional sebanyak 1.177.616 TEUs dan kontribusi arus petikemas domestik tercatat sebanyak 67.667 TEUs.