Kamis 05 Jan 2023 23:06 WIB

Warga Aceh Diminta Kurangi Risiko Kebakaran Hutan dan Lahan

Warga dan Pemda setempat punya sumber daya mencegah kebakaran hutan dan lahan.

Ilustrasi petugas memadamkan kebakaran hutan dan lahan.
Foto: ANTARA/Ario Tanoto
Ilustrasi petugas memadamkan kebakaran hutan dan lahan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mengimbau masyarakat provinsi paling barat Indonesia itu untuk terus berupaya mengurangi risiko bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.

Kepala Pelaksana BPBA Ilyas, di Banda Aceh, Kamis, meminta masyarakat agar terus menjaga alam, tidak mengekploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air, yang berguna mencegah banjir dan tanah longsor, juga karhutla.

"Selain itu juga pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat perluasan lahan, kami imbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan," kata Ilyas.

Pada tahun 2022, BPBA mencatat 469 kejadian bencana yang melanda provinsi berjulukan Tanah Rencong itu, dengan total perkiraan kerugian mencapai Rp335 miliar.

Dari data itu, bencana paling dominan terjadi di Aceh, yaitu kebakaran pemukiman mencapai 153 kejadian, dengan kerugian Rp81,3 miliar. Disusul karhutla sebanyak 79 kali kejadian dengan luas lahan terbakar sekitar 241 hektare, serta puluhan kejadian bencana lainnya.

Semua jenis bencana berpotensi terjadi di Aceh. Oleh sebab itu, Ilyas meminta agar masyarakat Aceh selalu siaga, dan harus siap dalam menghadapi segala bentuk bencana, baik bencana alam maupun non alam.

Tentunya, lanjut dia, sinergitas lintas sektor sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana di provinsi berjulukan Serambi Mekkah itu.

"Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena penanggulangan bencana adalah urusan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dari berbagai elemen," ujarnya, berharap.

Pada tahun ini, tambah Ilyas, BPBA akan terus berusaha meminimalisir kerusakan maupun korban akibat bencana alam maupun non alam. Sekaligus mendorong seluruh elemen masyarakat untuk merespon kejadian bencana secara komprehensif.

"Karena pada hakikatnya bencana adalah urusan bersama," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement