REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Persoalan stunting atau gizi buruk masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di Indonesia. Berbagai program untuk pencegahan maupun penanganan stunting terus dilakukan.
Prodi Magister Kesehatan Masyarakat (MKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pun menggelar webinar yang membahas terkait stunting, dengan tema 'Cegah Stunting, Membentuk Generasi Tangguh'. Dalam webinar tersebut, ditekankan pentingnya mengenali stunting, penyebab, serta pencegahannya.
Analisis Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Ana Amalia Rizqi mengatakan, memperhatikan seribu hari pertama kehidupan anak sangat penting dalam pencegahan stunting. Artinya, kata Ana, asupan gizi anak sudah harus diperhatikan sejak awal kehamilan.
"Asupan gizi anak sudah harus diperhatikan sejak awal kehamilan. Stunting dapat terjadi sejak kehamilan jika ada hambatan pertumbuhan pada janin dalam kandungan," kata Ana yang juga fasilitator nasional tumbuh kembang tersebut.
Dijelaskan, nutrisi ibu hamil harus diperhatikan dengan memastikan cukup dalam mengkonsumsi makronutrien, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam hal ini, katanya, utamakan agar ibu hamil mendapatkan protein hewani.
"Ini juga diimbangi dengan mengonsumsi mikronutrien, yaitu vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah dan sayuran," ujar Ana.
Sementara itu, sanitarian BBTKLPP Yogyakarta, Atikah Mulyawati yang juga menjadi narasumber, menekankan bahwa lingkungan yang sehat juga berperan penting dalam pencegahan stunting, selain pemenuhan nutrisi.
"Sanitasi, sumber air minum, dan pengelolaan sampah yang baik, mutlak dilakukan untuk mencegah anak-anak kita dari stunting," katanya.
Di Kota Yogyakarta, pemerintahnya juga menargetkan zero stunting pada 2024. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, menyusul dengan terus turunnya kasus stunting di Kota Pelajar tersebut.
Emma menyebut, penurunan stunting menjadi salah satu prioritas nasional. Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, merupakan wujud komitmen pemerintah dalam mempercepat pencapaian target penurunan angka prevalensi stunting menjadi 14 persen di 2024.
"Sedangkan, di Kota Yogya ditargetkan pada 2024 menuju zero stunting," kata Emma beberapa waktu lalu. Di 2022, prevalensi stunting di Kota Yogyakarta berada di angka 10,80 persen.
Angka tersebut, katanya, turun dari 2021 yakni sebesar 12,08 persen. Pihaknya juga mengembangkan Program 8000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam rangka mempersiapkan generasi bangsa Indonesia yang unggul.
Dalam Perwal Nomor 41 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Daerah Mempersiapkan Generasi Unggul melalui Program 8.000 Hari Pertama Kehidupan Tahun 2021 hingga 2025, telah diuraikan mengenai strategi dan langkah Pemkot Yogyakarta untuk mencegah dan mengatasi stunting.
"Untuk mempersiapkan generasi sehat dan berkualitas kami kembangkan melalui program 8.000 HPK, bukan lagi menggunakan 1.000 HPK karena ini merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengatasi stunting dalam jangka panjang," ujarnya.
Menurut Emma, 1.000 Hari Pertama Kehidupan memang penting, namun tidak cukup untuk mencegah stunting secara berkelanjutan. Sedangkan, Program 8.000 HPK pada dasarnya mengutamakan bagaimana asupan gizi diperhatikan, serta diintervensi secara sistematis dan berkesinambungan untuk mencegah stunting.
Termasuk dalam mempersiapkan generasi unggul, di mana program dimulai dari anak saat masih dalam kandungan hingga masa remaja akhir yakni di usia 19 tahun.
"Dari tahun ke tahun kasus stunting di Kota Yogya angka prevalensinya terus menurun, ini merupakan hasil yang baik dimana kedepan sinergi dan kerja sama lintas sektor, serta OPD dalam pencegahan, serta penanganan stunting dapat berjalan semakin optimal," ungkapnya.