REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) diminta terus menginformasikan setiap perkembangan aktivitas vulkanik gunung Merapi.
Hal ini berkaitan dengan pola erupsi yang terjadi beberapa hari terakhir dan perubahan bentuk kibah lava di puncak gunung berapi di perbatasan wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi DIY ini. Terkait hal ini, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta langsung kepada Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso.
Dari penjelasan yang disampaikan ada potensi terburuk yang harus diwaspadai dengan peningkatan aktivitas vulkanik gunung Merapi belakangan ini. Menurut orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini, aktivitas vulkanik gunung Merapi terpantau masih fluktuatif.
"Maka, kami minta BPPTKG terus menginformasikan setiap perkembangan yang terjadi,” kata Ganjar, saat meninjau Pos Pengamatan Merapi di Babadan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Senin (13/3/2023) sore.
Baca juga: Mahasiswa tak Puas Penjelasan Rektor UGM Terkait Isu Uang Pangkal
Gubernur juga menyampaikan, masyarakat di lereng Merapi sebenarnya lebih paham dengan tanda-tanda alam dan 'ilmu titen' yang dimiliki. Namun informasi dengan pendekatan teknologi kegunungapiandari para petugas yang setiap hari berjaga di pos pengamatan Babadan juga penting.
Untuk itu, ia berharap informasi di Pos Babadan selalu diberikan ke masyarakat setiap hari, meskipun dari pantauan di lapangan, masyarakat masih terlihat tenang.
Seperti beberapa kelompok rentan yang Ia temui di Balai Desa Krinjing, Kecamatan Dukun yang mengaku siap mengikuti instruksi apabila terjadi situasi yang terburuk terkait dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
"Mudah-mudahan mereka sudah terbiasa mengambil sikap tindakan cepat, namun demikian kita tidak boleh abai, dan tetap harus siaga," katanya.
Baca juga : Diduga Menyiksa Tersangka Klitih, Oknum Polisi DIY Diperiksa Provos
Terkait dengan skema evakuasi, tambah gubernur, juga sudah dipahami oleh warga yang ada di lereng Merapi, apalagi konsep ‘desa kembar’ juga masih diterapkan.
Ia ingin pendataan ulang kelompok- kelompok rentan yang mesti diprioritaskan secepatnya dilakukan guna mengoptimalkan kembali konsep desa kembar itu.
"Misalnya, nanti kalau lari ke mana, pakai kendaraan siapa, jalur evakuasi lewat mana itu cukup membantu. Pengalaman kawan-kawan termasuk relawan yang mendampingi terus di sini paling bagus," katanya.
Sementara itu, BPPTKG mencatat dalam beberapa hari terakhir gunung Merapi telah memuntahkan awan panas guguran, setelah sebelumnya tanggal 11 Maret 2023 erupsi dengan menyemburkan awan panas guguran ke arah Kali Bebeng.
“Hingga saat ini, Senin, 13 Maret 2023 tercatat 60 kejadian awan panas guguran di Gunung Merapi," jelas Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso.
Baca juga : Polisi Siapkan Langkah Antisipasi Erupsi Gunung Merapi