Selasa 07 Nov 2023 13:04 WIB

Anies Ingin Indonesia Sebagai Negara yang Ramah dan Bersahabat Terhadap Ulama

Menurut Anies, para ulama harus dijadikan sahabat oleh negara, bukan dimusuhi.

Rep: Eva Rianti / Red: Andri Saubani
Bacapres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan, saat menghadiri maulid dan haul Qudbil Anfas Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthos ke-373 di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (7/11/2023).
Foto: Republika/Eva Rianti
Bacapres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan, saat menghadiri maulid dan haul Qudbil Anfas Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthos ke-373 di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (7/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon presiden (bacapres) dalam Pilpres 2024, Anies Baswedan mengungkapkan bahwa dirinya menginginkan Indonesia sebagai negara yang ramah dan bersahabat terhadap para ulama. Bukan sebaliknya, yang memusuhi para alim ulama. 

Hal itu disampaikan Anies saat menghadiri acara maulid dan haul Qudbil Anfas Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthos ke-373 di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (7/11/2023). 

Baca Juga

"Hari-hari ke depan adalah hari-hari di mana kita menentukan arah bagaimana negeri kita ke depan. Kita ingin negeri kita ini menjadi wajah adil," kata Anies kepada audiens dalam acara tersebut. 

Kemudian, bacapres dari Koalisi Perubahan itu menyebut para ulama seharusnya dijadikan sahabat. Pernyataan itu disampaikan langsung di hadapan para ulama yang hadir, di antaranya Habib Muhsin bin Zeid Alatas, Habib Hamid bin Umar Alhamid, dan Habib Sholeh bin Taufiq Syihab.

"Kita ingin negeri di mana negaranya bersahabat pada seluruh unsur, apalagi dengan para alim ulama, bukan negara yang memusuhi ulama, melainkan negara justru menjadi mitra dan mendengarkan apa yang menjadi pandangan dari para ulama dan pemuka agama," ujar dia. 

Anies berharap ke depan situasi Indonesia menjadi lebih teduh, tapi diharapkan keteduhan itu bukan karena rasa takut, melainkan rasa keadilan. Dia pun menyinggung ihwal kepemimpinan Indonesia saat masa Orde Baru yang cenderung menciptakan tenang karena ketakutan.

"Pilih yang mana? Tenang karena ada keadilan atau tenang karena takut? Dulu pernah ada 30 tahun lebih, kenapa stabil karena takut, tapi kalau yang kita inginkan stabilitas karena rasa keadilan, bukan karena rasa ketakutan dan ini yang mungkin kita perjuangkan sama-sama," ujar dia. 

"Bismillah mudah-mudahan perjuangan ini ridhoi Allah, InsyaAllah dimudahkan untuk bisa nanti sama-sama kita mendorong perubahan di negeri ini," lanjutnya. 

photo
Tujuh fakta deklarasi Anies-Muhaimin - (Republika/berbagai sumber)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement