Rabu 22 Nov 2023 10:26 WIB

The Fed Diperkirakan Tahan Suku Bunga, Rupiah Masih Berpeluang Menguat

Penguatan rupiah akan ditopang sentimen hasil rapat the Fed terkait suku bunga.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas menghitung uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing PT Valuta Inti Prima di Cikini, Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dolar AS di tempat penukaran valuta asing PT Valuta Inti Prima di Cikini, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata uang garuda diperkirakan masih bisa mempertahankan penguatannya terhadap dolar AS hari ini, Rabu (22/11/2023). Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup menguat lima poin ke level 15.440 per dolar AS.

Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, mengatakan pelaku pasar masih menanti kepastian mengenai perkembangan suku bunga acuan the Fed. Penguatan rupiah akan ditopang sentimen hasil rapat Bank Sentral AS terkait suku bunga.

Baca Juga

"Notulen rapat Bank Sentral AS mengindikasikan the Fed belum akan menaikkan suku bunga acuannya ke depan karena inflasi AS menurun," kata Ariston.

Meskipun demikian, The Fed masih tetap membuka peluang kenaikan bila data-data terutama data inflasi mendukung. Pada Oktober lalu, bank sentral AS tetap mempertahankan suku bunganya di level 5,25 persen-5,5 persen. 

Selain itu data penjualan rumah existing di AS pada Oktober menunjukkan penurunan sebesar 4,1 persen, lebih rendah dari penurunan bulan sebelumnya sebesar 2,2 persen. Penurunan ini akibat suku bunga tinggi di AS. 

"Pelemahan sektor perumahan bisa membantu menurunkan inflasi AS ke depannya," jelas Ariston.

Ariston melihat rupiah hari ini berpotensi menguat ke arah 15.400-15.380, dengan level resisten di kisaran 15.500. Pagi ini, rupiah sedikit tertekan ke level 15.571 seiring menguatnya kurs dolar AS sebesar 0,85 persen. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement