Selasa 04 Jun 2024 21:19 WIB

Operasi Cuma-Cuma, Yayasan Ishk Tolaram Rangkul 900 Penderita Katarak

Di Indonesia, katarak masih menjadi salah satu penyebab kebutaan utama.

Rep: Antara/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Operasi katarak gratis di Kota Semarang, Jawa Tengah dan Kabupaten Banggai Laut, Sulawasi Tengah.
Foto: Dok. Web
Operasi katarak gratis di Kota Semarang, Jawa Tengah dan Kabupaten Banggai Laut, Sulawasi Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bulan Juni diperingati sebagai Bulan Kesadaran Katarak Sedunia. Di Indonesia, katarak masih menjadi salah satu penyebab kebutaan utama, dengan 34,47% penderita katarak mengalami kebutaan.

Yayasan Ishk Tolaram, organisasi filantropi yang fokus pada edukasi dan akses kesehatan, berkolaborasi dengan Lentera Mata Indah dan Perdami, memberikan operasi katarak gratis di

Baca Juga

Kota Semarang, Jawa Tengah dan Kabupaten Banggai Laut, Sulawasi Tengah.

Kolaborasi ini juga menggandeng Campaign, startup pemilik aplikasi Campaign #ForABetterWorld untuk mewujudkan program yang diberi nama See For a Better World: Restoring Sight, Changing Lives #EyeCareForAll.

Program ini bertujuan memerangi kebutaan akibat katarak dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat di Indonesia. Melalui program ini, lebih dari 900 penderita katarak di Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah akan mendapatkan operasi katarak gratis. 23-25 Mei 2024 lalu, 810 mata dari 701 pasien telah mendapatkan operasi katarak di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama, Semarang, Jawa Tengah. Sementara itu, pada Juni 2024, direncanakan sebanyak 200 penderita katarak akan mendapatkan operasi katarak di RSUD Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah.

“Kekeruhan lensa mata akibat katarak menjadi salah satu penyebab utama kebutaan di Indonesia. Program ini merupakan upaya kami untuk memberikan kembali penglihatan dan kemandirian bagi para lansia. Kami berharap program ini dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka,” ujar Deputy Program Director Yayasan Ishk Tolaram Indonesia dr. Rahmat Setiawan, Operasi katarak gratis ini menggunakan metode SICS (Small Incision Cataract Surgery) yang aman, efektif, dan hanya membutuhkan waktu singkat. Pasien tidak memerlukan rawat inap pascaoperasi.

Sukaesih (67 tahun) adalah salah satu pasien yang mendapatkan kesempatan operasi gratis setelah menderita katarak selama 2 tahun. Awalnya, ia bisa membaca dengan baik, namun pandangannya kian melemah dan berbayang kebiruan.

“Setelah operasi, akhirnya saya bisa bercakap dengan teman dan saudara dengan jelas. Biasanya tidak bisa melihat orangnya dan hanya bisa mendengar suaranya saja, walaupun jaraknya sangat dekat,” ujar Sukaesih.

Kondisi yang sama dialami Putriwati (62 tahun). Ia tidak bisa meneruskan usaha dagangnya dirumah sendirian, sehingga harus meminta bantuan anak-anaknya. Tidak hanya berdampak pada penglihatan, kondisi ini mengganggu pikiran Putriwati hingga membuat tensinya tinggi. “Padahal, kata dokter, tubuh saya masih sangat sehat, hanya penglihatannya saja yang lemah,” ujarnya.

Setelah melalui operasi katarak, Putriwati merasa lega karena sudah tidak lagi memiliki tanggungan penyakit. Lebih dari operasi katarak, program ini juga memanfaatkan teknologi untuk mengedukasi masyarakat tentang kesehatan mata melalui aplikasi Campaign #ForABetterWorld.

Kampanye #EyeCareForAll mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aksi untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mata dan mendukung program operasi katarak gratis.

“Pengguna aplikasi dapat berdonasi tanpa uang dengan mendukung kampanye dan menyebarkan informasi seputar kesehatan mata,” ujar Nabila Aulia, Program Sponsorship Management Campaign.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement