Jumat 03 Mar 2023 08:33 WIB

Empat Buku Baru Lahir dari Tugas Kuliah Mahasiswa Komunikasi UMM

Para mahasiswa menulis dan mengedit buku itu sendiri.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Buku baru karya mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Foto: Dokumen
Buku baru karya mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Empat judul buku baru dilahirkan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Menariknya, buku-buku tersebut merupakan kumpulan tulisan hasil tugas mata kuliah bahasa Indonesia mahasiswa semester dua.

Keempat buku tersebut berjudul Milenial dan Gejala Sosial, Alam Pikiran Kaum Muda, Dilema Sosial di Era Digital, dan Bergerak dari Gagasan. Semua merupakan karya mahasiswa di bawah bimbingan dosen Nafik Muthohirin.

Ia memastikan, semua buku tersebut murni karya mahasiswa. Mereka menulis dan mengeditnya sendiri. "Saya pilih penulis paling bagus sebagai editor,” kata Nafik tentang proses pembuatan buku.

Topik tulisan ditentukan sepenuhnya oleh mahasiswa. Dosen hanya membimbing dan mengajarkan bagaimana menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Oleh sebab itu, proses kreatif sepanjang penulisan dan penyusunan buku menjadi pengalaman menarik bagi mahasiswa. Nafik menilai, mahasiswa cukup antusias ketika ditawarkan produk perkuliahan berbentuk buku.

Selain belajar menulis, karya mereka juga bisa menjadi kebanggaan dan bisa dijadikan suvenir untuk kerabat atau teman dekat. Meski demikian, tidak semua tulisan mahasiswa lolos seleksi untuk diterbitkan.

Di samping karena faktor bahasa, juga masih ditemukan unsur plagiasi yang melebihi ambang batas. “Tidak hanya menguasai topik tulisan, tetapi juga menuangkannya dengan bahasa yang tepat dan tentu etika akademik yang baik, tidak boleh plagiasi,” jelasnya.

Masing-masing buku ditulis antara 20 sampai 25 mahasiswa. Topik-topik menarik dari perspektif mereka membuat buku ini memiliki daya tarik sendiri. Di buku Milenial dan Gejala Sosial, misalnya, Ade Ananda menulis sub-judul Komentar Bablas, Etika Amblas.

Ade mengupas bagaimana kekuatan warganet menggunakan media sosial sebagai media control terhadap kebijakan. Melalui komentar-komentar warganet, sebuah kebijakan besar bisa berubah karena diikuti oleh follower yang sangat massif. Media sosial menjadi ajang kebebasan berpendapat.

Meskipun, kebebasan berpendapat bak pisau bermata dua. Hal ini karena dunia internet yang begitu bebasnya, maka warganet juga bisa semena-mena dalam melakukan bullying, body shaming, maupun berkomentar julid pada yang lain.

Di buku lain, Dea Putri Nuraeni menulis judul Media Membantai, Budaya Terabai. Di buku Dilema Sosial di Era Digital, Dea merisaukan anak muda yang lebih suka dengan bohemian style yang viral di media sosial (medsos) daripada budaya batik.

Bukan soal budaya itu baik atau buruk, tetapi ada akar yang tercerabut akibat tidak mau tahunya anak muda tentang budaya itu sendiri.

Ketua Prodi Komunikasi UMM, Nasrullah mengatakan, buku-buku karya mahasiswanya merupakan salah satu bentuk out-put perkuliahan. Selain buku, mahasiswa juga sudah dapat memproduksi iklan, video klip, bahkan film.

Selain itu juga berhasil membranding kawasan perdesaan dan perkotaan, serta membuat event-event tingkat nasional. "Di bidang jurnalistik, banyak karya media baik cetak, audio visual, sampai portal berita dihasilkan oleh mahasiswa kami,” ujarnya.

Karya buku itu, kata Nasrullah, tidak hanya menjadi out-put mata kuliah Bahasa Indonesia. Di mata kuliah lain, seperti Jurnalistik, Teori Komunikasi, bahkan Perkembangan Teknologi Komunikasi pun mahasiswa menghasilkan buku-buku menarik. Buku berjudul Media Tahu Segalanya merupakan hasil dari tugas mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi semester lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement