REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Warga terdampak banjir di wilayah Kabupaten Kudus mulai meninggalkan rumah mereka setelah banjir susulan kembali menggenangi pemukiman hingga Jumat (3/3/2023).
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus menyebutkan, jumlah warga terdampak banjir kini mencapai 5.425 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 17.302 jiwa.
Sementara banjir susulan menggenangi sembilan desa di tiga kecamatan, akibat curah hujan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan air sejumlah sungai kembali meluap dan melimpas ke permukiman.
Di Kecamatan Jati, banjir menggenang di wilayah Desa Jati Wetan, Desa Tanjungkarang, dan Desa Jetis Kapuan. Sementara di Kecamatan Mejobo di Desa Payaman dan Golan Tepus.
Di wilayah Kecamatan Undaan, banjir kembali menggenangi permukiman warga di lingkungan Desa Ngemplak, Desa Karangrowo, serta wilayah Desa Undaan Lor.
Akibatnya, sejumlah rumah mulai terpantau kosong ditinggal oleh penghuninya untuk mengungsi. Tempat pengungsian pun bertambah menjadi enam titik dengan total jumlah 173 jiwa.
Masing-masing di Aula Balai Desa Payaman sebanyak 32 jiwa, Balai Desa Gulang mencapai 74 jiwa, di Aula Balai Desa Jati Wetan sebanyak 50 jiwa, dan Balai Desa Tanjungkarang 17 jiwa.
Kepala Desa Jati Wetan, Agus Susanto mengungkapkan, banjir di Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, sempat surut beberapa hari. Namun akibat hujan Kamis kemarin kembali tergenang.
Di beberapa lokasi genangan banjir masih mencapai ketinggian satu meter. "Sehingga sebagian warga sejak Kamis sore mulai meninggalkan rumahnya yang terendam," jelasnya.
Pemdes Jati Wetan, lanjutnya, telah mengevakuasi satu persatu warga ke Balai Desa Jati Wetan. Sampai hari ini, sementara 50 jiwa sudah memilih mengungsi di balai desa ini.
Agus juga menyampaikan, banjir kali merupakan yang ketiga kalinya pada 2023. "Diawali pada Januari banjir pertama, Februari kedua, dan Maret ini yang ketiga kali," tegasnya.
Untuk jumlah warga terdampak, tambah Agus, mencapai sekitar 777 KK dan tak kurang 250 rumah warga terendam banjir. Kendati begitu masih banyak warga yang bertahan.
Saat air kembali naik, lanjut Agus, ia sudah berupaya meminta para ketua RT untuk mengajak warga untuk mengungsi. "Terutama mereka yang memiliki anak balita," kata dia.