REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Jihad ekonomi merupakan cara untuk mencapai keadilan ekonomi di masyasrakat. Hal itu disampaikan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Arif Budimanta Sebayang sebagai pemateri pada Kajian Ramadhan 1444 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Arif menjelaskan, tujuan utama akselerasi jihad ekonomi dalam konteks negara yakni meningkatkan taraf hidup sosial ekonomi warga negara. Untuk mencapai tujuan itu, tentunya diperlukan strategi yang matang seperti mengharuskan adanya distribusi sumber daya ekonomi secara merata. "Karena, ketidakadilan ekonomi dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial," jelasnya dalam pesan resmi yang diterima Republika, Ahad (26/3/2023).
Menurut dia, diperlukan kerja sama yang progresif untuk mengatur ulang distribusi sumber daya atau kapital secara adil dan merata. Dengan demikian, semua orang memperoleh kesempatan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar hidup ataupun hak-hak sosial masyarakat pada umumnya. Begitu pula dengan upaya memastikan adanya kesempatan kerja yang layak.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang Indonesia, M Arsjad Rasjid menjabarkan, Muhammadiyah memiliki peluang dalam jihad ekonomi. Hal ini sekaligus membantu Indonesia mencapai visi indonesia emas 2045 dan keinginan Indonesia menjadi nomor empat ekonomi besar di dunia. Di antara organisasi masyarakat (ormas) yang ada, menurutnya, Muhammadiyah menjadi ormas terdepan yang selalu memberikan inovasi serta memberikan kontribusi ekonomi.
Menurut dia, Muhammadiyah juga memiliki kontribusi yang besar di bidang pendidikan, kesehatan maupun ekonomi. Begitupun dengan aset dan valuasi ekonomi yang luar biasa. Hal ini tentu menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di indonesia. Bahkan banyak orang mengatakan sebagai organisasi Islam terbesar di dunia.
Rasjid yang juga Ketua ASEAN-BAC itu menjelaskan, Muhammadiyah memiliki peluang untuk mendorong pengembangan industri halal di Indonesia. "Misalnya saja di bidang kuliner, fashion, kosmetik, hingga wisata. Bahkan juga keuangan syariah yang bisa dimanfaatkan untuk menggaet konsumen muslim berskala global," ungkapnya.
Senada dengan Rasjid, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Profesor Abdul Mu’ti menyampaikan, empat modal yang dimiliki muhammadiyah untuk menjalankan jihad ekonomi. Modal yang pertama yaitu modal spiritual teologis. Hal ini di mana Islam sebagai agama mendorong umatnya untuk menjadi manusia yang produktif, mandiri dan kreatif.
Kemudian modal yang kedua yaitu modal sosial kultural. Sejak berdiri, Muhammadiyah sudah memiliki kewirausahaan di kalangan pribumi dan santri. "Pun dengan modal yang ketiga yaitu modal jaringan, seperti yang kita ketahui Muhammadiyah mempunyai jaringan dengan amal usaha di berbagai bidang,” jelas Mu’ti
Terakhir yaitu modal politik. Menurutnya, orang-orang muhammadiyah memang harus dekat dengan pemerintah. Banyak kebijakan negara yang bisa dikatakan tidak selalu positif dalam pemberdayaan ekonomi, misalnya ekonomi gap yang terjadi.
Dalam melakukan jihad ekonomi, Muhammadiyah perlu menumbuhkan kembali etos kewirausahaan dan kapitalisasi sosial entrepreneurship dalam filantropi islam. Selain tu, creative capitalism juga perlu kembali ditumbuhkan sehingga dapat mendorong unit usaha sosial menjadi unit usaha yang memiliki nilai ekonomi.