REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Politikus Anas Urbaningrum telah bebas bersyarat dari Lapas Sukamiskin, Selasa (11/4/2023) lalu dan tengah menjalani program cuti menjelang bebas (CMB) selama tiga bulan ke depan. Setelah bebas, ia memilih untuk pulang ke kampung halamannya terlebih dahulu di Dusun Sendung, Kampung Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
Anas mengaku, ingin sungkem kepada ibunya Sriati. Tiba di Blitar, ia disambut oleh para loyalis Sahabat AU dan kader Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Jawa Timur.
Di kediaman ibunya, Anas pun langsung bersimpuh di hadapan ibunya dan langsung sungkem beberapa menit. Setelah itu, ia menyapa dan bersalaman dengan seluruh kerabat serta memberikan pidato.
Kegiatan dilanjutkan dengan buka bersama dan ziarah ke makam Bung Karno. Loyalis Anas terus berdatangan ke kediamannya untuk mengucapkan selamat datang setelah mendekam lama di Lapas Sukamiskin.
Di sela-sela agenda silaturahim, Anas bicara terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20 yang gagal diselenggarakan di Indonesia. Ia mengungkapkan masalah tersebut tidak sederhana, dan terbilang kompleks.
"Memang hal itu tidak sederhana, kompleks tapi kita harus sadari lingkungan, Indonesia harus sadar lingkungan internasional. Tidak bisa sikap itu hanya mempertimbangkan jalan pikiran sendiri. Harus melihat peta dasar, yang pengaruhi kebijakan-kebijakan FIFA," ujarnya, Kamis (13/4/2023).
Ia mengatakan, sepak bola tidak bisa berdiri sendiri. Namun, terkait dengan sektor lainnya seperti politik.
"Tidak bisa dikatakan sepak bola adalah sepak bola. Sepak bola adalah politik, ada interaksi kekuatan internasional juga itu," katanya.
"Seharusnya, terdapat pertimbangan-pertimbangan yang sangat perinci ketika negara mengambil elemen termasuk elemen-elemen yang terpengaruh terhadap kehidupan berpengaruh terhadap struktur pemerintahan," katanya menambahkan.