Ahad 21 May 2023 10:10 WIB

Putaran Kedua Pemilu Turki di Luar Negeri Dimulai

Sekitar 3,4 juta warga Turki berhak memilih di luar negeri.

Rep: Dwina Agustin/Reuters/ Red: Fernan Rahadi
Jurnalis menyaksikan hasil perhitungan cepat pemilu di markas besar Partai Rakyat Republik, CHP, di Ankara, Turki, Ahad, (14/5/2023).
Foto: AP Photo
Jurnalis menyaksikan hasil perhitungan cepat pemilu di markas besar Partai Rakyat Republik, CHP, di Ankara, Turki, Ahad, (14/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Warga negara Turki yang berada di luar negeri mulai memberikan suara untuk pemilihan umum putaran kedua pada Sabtu (20/5/2023). Kali ini pemilihan umum akan menentukan antara Presiden Pejawat Recep Tayyip Erdogan dan penantang Kemal Kilicdaroglu yang bertujuan untuk mengakhiri kekuasaan sebelumnya yang sudah bertahan selama dua dekade.

Sekitar 3,4 juta warga Turki berhak memilih di luar negeri dari total keseluruhan pemilih lebih dari 64 juta. Mereka akan memberikan suara dari 20-24 Mei. Sedangkan pemilihan putaran kedua akan diadakan di Turki pada 28 Mei setelah Erdogan gagal memenuhi ambang batas 50 persen yang diperlukan untuk memenangkan pemilihan presiden langsung pada pekan lalu.

Kantor berita milik pemerintah Turki Anadolu Agency mengatakan, pemungutan suara telah dimulai di negara-negara di seluruh Asia dan Eropa. Jerman adalah rumah bagi diaspora Turki terbesar di dunia, dengan sekitar 1,5 juta warga Turki yang berhak memilih.

Dalam pemungutan suara hari pekan lalu, Partai AK yang berkuasa dan sekutu nasionalisnya memenangkan suara mayoritas parlemen. Sedangkan kandidat dari aliansi oposisi enam partai Kilicdaroglu memenangkan 44,88 persen dukungan dalam pemilihan presiden, membuntuti Erdogan dengan 49,52 persen.

Perhatian kini tertuju pada tokoh nasionalis Sinan Ogan yang berada di urutan ketiga dengan dukungan 5,17 persen. Setiap keputusannya untuk mendukung salah satu dari dua kandidat di putaran kedua berpotensi memiliki peran yang menentukan.

Retorika Kilicdaroglu berubah menjadi nasionalis setelah membuntuti Erdogan pada putaran pertama pemungutan suara. Dia mengatakan, bahwa pemerintah telah mengizinkan 10 juta pengungsi masuk ke negara itu dan akan memulangkan mereka semua jika dia terpilih.

Kilicdaroglu tidak memberikan bukti mengenai jumlah migran. Meski Turki menampung populasi pengungsi terbesar di dunia sekitar empat juta jiwa. Ogan telah berkampanye untuk memulangkan migran, termasuk sekitar 3,6 juta warga Suriah yang terlantar akibat perang ke selatan.

Erdogan mengeklaim, hanya dia yang dapat memastikan stabilitas di Turki. Negara anggota NATO itu saat ini bergulat dengan krisis biaya hidup, melonjaknya inflasi, dan dampak gempa bumi yang menghancurkan pada Februari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement