Kamis 25 May 2023 14:48 WIB

Dinkes DIY Harapkan Penderita Sifilis Akses Pengobatan

Peningkatan kasus sifilis tercatat mencapai lebih dari 100 persen sejak 2020 lalu.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Bakteri sifilis bisa menyebabkan infeksi otak.
Foto: Flickr
Bakteri sifilis bisa menyebabkan infeksi otak.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penderita sifilis atau yang disebut raja singa di DIY masih banyak yang belum diobati. Hal ini karena sebagian dari penderita penyakit ini tidak mau mengakses pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

Padahal, Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY menyebut bahwa kasus sifilis ini terus meningkat setiap tahun berdasarkan data Sistem Informasi HIV-AIDS (SIHA). Bahkan, peningkatannya tercatat mencapai lebih dari 100 persen sejak 2020 lalu.

"Ini kan penularannya karena seksual, mungkin ada yang malu, ini yang susah ya. Ketika orang tidak mau mengakses, kami tidak bisa apa-apa juga," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari kepada Republika.co.id, Rabu (24/5/2023).

"Ada yang takut, malu, padahal sebetulnya ketika dia datang ke layanan kesehatan insya Allah dilayani oleh teman-teman kami," kata Setyarini.

Untuk itu, penderita sifilis yang belum diobati diminta untuk mengakses pengobatan ke fasyankes. Hal ini dilakukan agar penyakit tersebut tidak menular kepada orang lain.

Setyarini menyebut bahwa seluruh puskesmas di DIY sudah mampu memberikan pelayanan terkait penyakit ini. Artinya, masyarakat tidak sulit mencari layanan untuk penanganan sifilis, mengingat layanan kesehatan terdekat dengan masyarakat sudah mampu untuk menangani kasus ini.

"DIY sendiri 121 puskesmas itu mampu melakukan pelayanan pemeriksaan untuk sifilis, HIV itu, bahkan sampai hepatitis. Artinya, pemerintah sudah membuat akses layanan itu sedekat mungkin ke masyarakat dan kemudian ketika dibuka akses pelayanan juga disediakan obat oleh pemerintah. Sekarang kan tinggal mau atau tidaknya masyarakat," ujarnya.

Pihaknya mencatat bahwa penderita sifilis yang tidak mengakses pengobatan pada 2020 mencapai 43 persen dari 67 kasus yang terdeteksi. Sedangkan, pada 2021 tercatat 58 persen kasus yang tidak mengakses pengobatan sifilis ini, dari total 141 kasus yang terdeteksi.

"Pada 2022 yang diobati baru 31 persen, pada 2023 ini yang diobati baru 29 persen," katanya.

Total kasus sifilis yang terdeteksi pada 2022 di DIY meningkat tajam mencapai 333 kasus. Sedangkan, pada 2023 ini hingga Mei sudah terdeteksi sebanyak 89 kasus sifilis di DIY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement