Selasa 30 May 2023 21:13 WIB

Turnamen Badminton Kretek Cup Digelar di Yogyakarta

Terdapat tiga kategori yang dipertandingkan di Kretek Cup.

 Komunitas Kretek bersama Komite Pelestarian Nasional Kretek (KNPK) menggelar turnamen bulutangkis bertajuk Kretek Cup pada 30-31 Mei 2023 di Yogyakarta.
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Komunitas Kretek bersama Komite Pelestarian Nasional Kretek (KNPK) menggelar turnamen bulutangkis bertajuk Kretek Cup pada 30-31 Mei 2023 di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Komunitas Kretek bersama Komite Pelestarian Nasional Kretek (KNPK) menggelar turnamen bulu tangkis bertajuk Kretek Cup untuk melawan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Turnamen yang diselenggarakan pada 30-31 Mei 2023 di Yogyakarta ini diikuti oleh sebanyak 80 peserta yang di antaranya pekerja media dan komunitas. 

Terdapat tiga kategori yang dipertandingkan yaitu tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran. "Total hadiah yang diperebutkan sebanyak Rp 28 juta," kata panitia Kretek Cup, Moddie Alvianto Wicaksono," kepada wartawan, Selasa (20/5/2023).

Ia mengatakan, sejumlah atlet bulu tangkis daerah juga turut berpartisipasi dalam perhelatan tersebut. Peserta turnamen dengan jargon 'Men Sebat In Corpore Sano' tersebut yang termuda berusia 18 tahun, sedangkan paling tua berusia 40 tahun.

Moddie mengungkapkan tujuan diselenggarakannya turnamen bulu tangkis untuk membuktikan kepada kaum antirokok bahwa narasi perokok sebagai sesuatu yang tidak sehat adalah salah. "Buktinya dalam turnamen ini sebagian peserta adalah perokok," ujar Moddie.

Juru Bicara Komunitas Kretek, Siti Fatona, menambahkan anggapan bahwa perokok itu tidak kuat dalam berolahraga adalah salah. "Anggapan bahwa perokok tidak kuat adalah keliru. Kami, Komunitas Kretek bersama teman-teman yang lain rutin berolahraga khususnya bulu tangkis sebanyak dua kali seminggu. Apakah kita tidak kuat? Oh, tentu keliru. Kami baik-baik saja," jelas Fatona. 

Fatona juga menambahkan bahwa perayaan 31 Mei tentang Hari Tanpa Tembakau Sedunia adalah perayaan paradoks. "Jika memang tembakau berbahaya, ilegalkan saja. Jika perlu, tutup saja pabriknya. Bahkan, buat aturan tembakau dilarang ditanam," kata Fatona. 

Moddie yang juga selaku Juru Bicara Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK) menilai bahwa mereka yang merayakan hari tanpa tembakau sama seperti merayakan anti kehidupan. "Akan menjadi aneh apabila tembakau yang telah turun temurun menjadi hajat hidup masyarakat Indonesia, justru dirayakan dengan hal-hal yang tidak semestinya. Merayakan Hari Tanpa Tembakau itu sama saja merayakan anti kehidupan," katanya.

Padahal, tembakau memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia. "Sekitar enam juta masyarakat Indonesia berkecimpung di industri hasil tembakau. Mulai dari petani tembakau, pembuat keranjang, perajang daun tembakau hingga buruh melinting," ungkap Moddie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement