REPUBLIKA.CO.ID, KENDAL— Polusi yang diakibatkan limbah plastik merupakan masalah pelik bagi semua negara. Setiap tahun, sekitar 8 hingga 12 juta ton plastik berakhir di lautan.
Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, produksi sampah plastik di dalam negeri mencapai 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah.
Untuk menjawab persoalan limbah plastik itu, diperlukan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan dengan menggunakan pendekatan ekonomi sirkuler.
Salah satu kolaborasi terbaru untuk menjawab persoalan limbah plastik di Indonesia adalah pembangunan pabrik daur ulang botol PET di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Fasilitas milik PT ALBA Tridi Plastics Recycling Indonesia tersebut akan dibangun di area seluas 2,6 hektare.
Pembangunan fasilitas produksi rPET berkualitas tinggi untuk dimanfaatkan kembali sebagai kemasan atau pembungkus makanan itu diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi upaya mewujudkan target Indonesia bebas sampah plastik pada 2040.
Upacara peletakan batu pertama pabrik daur ulang tersebut dilakukan Dr Axel Schweitzer, Pemilik dan Ketua ALBA Group Asia pada Selasa (6/6/2023).
Dia memimpin acara dengan didampingi oleh Dian Kurniawati, mitra usaha patungan ALBA dan Pendiri PT Tridi Oasis Group, serta Wakil Presiden ADB untuk Operasi Sektor Swasta dan Kemitraan Publik–Swasta, Ashok Lavasa.
Menurut Schweitzer, ALBA Group Asia senantiasa berupaya mewujudkan visi perusahaan tentang 'Dunia Tanpa Limbah'. Karena itu, keputusan untuk melebarkan wilayah operasi ke Indonesia dan mendirikan fasilitas daur ulang diharapkan dapat membantu Indonesia keluar dari krisis sampah laut.
“Untuk proyek strategis ini, ALBA sangat bangga menggunakan keahlian dari sister company kami yang berbasis di Jerman, Interzero dan proyek serupa di Asia, untuk mengembangkan konsep, membangun, dan mengoperasikan fasilitas ini,” ujar Axel Schweitzer, Rabu (7/6/2023) dalam keterangannya.
Schweitzer menambahkan, kehadiran fasilitas tersebut meningkatkan jumlah pengumpulan sampah di Indonesia melalui penciptaan pasar sampah botol plastik.
Dia percaya, proyek ini membawa dampak sosial yang positif melalui jalinan kerjasama dengan para pengumpul sampah lokal serta pembukaan berbagai lowongan kerja di Kendal dan Jawa Tengah.
Dia mengatakan, ALBA menyumbangkan pengetahuan teknologi dan keunggulan operasionalnya serta kemampuan penjualan dan pemasaran global untuk hasil berkualitas tinggi.
“Fasilitas baru ini akan menampung peralatan canggih yang mampu memproses botol minuman PET dan mengubahnya menjadi serpihan rPET berkualitas tinggi dan pelet rPET yang memenuhi standar kualitas untuk digunakan sebagai kemasan makanan,” lanjutnya.
Peralatan dalam pabrik daur ulang yang dimiliki ALBA diproduksi oleh produsen-produsen teknologi terkemuka di Asia dan Eropa.
Pabrik daur ulang itu telah dirancang untuk meminimalkan emisi udara dan memiliki proses pengolahan air yang canggih dan terintegrasi untuk memastikan keamanan pembuangan air ke sistem drainase.
Peralatan yang dimiliki ALBA dapat menghasilkan sekitar 36 ribu ton PET daur ulang setiap tahunnya, termasuk PET daur ulang berkategori food-grade.
Baca juga: Mengapa Tuyul Bisa Leluasa Masuk Rumah? Ini Beberapa Penyebabnya
Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan botol PET baru untuk dikonsumsi kembali, baik di Indonesia maupun untuk tujuan ekspor.
Untuk memenuhi kapasitas produksi sebesar 36 ribu ton itu, pabrik membutuhkan sekitar 48 ribu ton limbah botol PET setiap tahunnya. Botol-botol tersebut akan dikumpulkan dari Jawa dan sekitarnya.
Dian Kurniawati, mitra usaha patungan ALBA menyatakan bahwa pihaknya senang dapat bekerja sama dengan ALBA karena perusahaan tersebut dinilai memiliki komitmen yang kuat dalam pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Dia mengatakan selain bertujuan untuk memecahkan masalah limbah dan menciptakan nilai ekonomi, investasi ALBA juga dilakukan dengan pendekatan gender. Jal tersebut memberdayakan UKM lokal dan mengingkatkan kemampuan pengusaha wanita.