REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kondisi selokan yang buruk ternyata bisa menyebabkan penyakit leptospirosis. Hal ini disampaikan pakar kesehatan lingkungan Universitas 'Aisyiyah, Agustina Rahmawati menyusul tingginya kasus leptospirosis di DIY.
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan bakteri leptospira yang dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri tersebut. Salah satunya tikus sebagai reservoir.
Menurut Agustina, buruknya kondisi selokan terlebih yang berdekatan dengan rumah penduduk dapat mengundang tikus. Hal ini tentu menyebabkan selokan dengan kondisi yang buruk lebih berisiko besar menularkan leptospirosis.
"Sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa orang yang memiliki selokan dengan kondisi buruk memiliki risiko 5,58 kali lebih besar untuk terjadi kasus leptospirosis, dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki selokan dengan kondisi yang baik," kata Agustina kepada Republika, Jumat (30/6/2023).
Agustina menjelaskan, kondisi selokan yang buruk seperti selokan yang tidak mengalir, banyaknya sampah di selokan justru akan menjadi tempat yang disenangi oleh tikus. Bahkan, biasanya tikus juga kencing di genangan air dalam selokan.
"Apabila terjadi hujan kemudian air selokan meluap dan menggenang, menyebabkan resiko penularan leptospirosis semakin meningkat," ucap Agustina.
Untuk itu, masyarakat diminta agar menjaga kebersihan lingkungan rumah, dan rutin menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), termasuk menjaga kebersihan selokan.
Selain itu, Agustina juga menekankan agar masyarakat memperhatikan penyimpanan alat-alat makan ataupun alat-alat masak di tempat terbuka. Begitu pun dengan menumpuk piring kotor, dan sisa makanan di dapur, serta penyimpanan makanan dan minuman yang tidak tertutup juga dapat mengundang keberadaan tikus di dalam rumah.
"Sebaiknya makanan disimpan di tempat tertutup, begitu juga dengan peralatan makan dan masak, sehingga terhindar dari kontaminasi hewan seperti tikus," ungkapnya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat penyakit leptospirosis sudah mencapai ratusan hingga pertengahan 2023 ini di Provinsi DIY. Setidaknya, sudah tercatat 263 kasus di DIY selama 2023 hingga Juni.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari mengatakan, ratusan kasus leptospirosis tersebut tersebar di seluruh kabupaten/kota se-DIY. Kasus terbesar dilaporkan di Kabupaten Bantul yakni mencapai 110 kasus.
"Di Kota Yogyakarta tercatat 19 kasus, di Kabupaten Kulonprogo 36 kasus, di Kabupaten Gunungkidul 56 kasus, dan di Sleman 42 kasus," kata Setyarini kepada Republika belum lama ini.
Dari total angka leptospirosis tersebut, pihaknya juga mencatat bahwa 20 kasus meninggal dunia. Dengan rincian enam kasus meninggal dunia di Bantul, delapan kasus meninggal dunia di Kulonprogo, dua kasus meninggal dunia di Gunungkidul, dan empat kasus meninggal dunia di Sleman.
"Di Kota Yogyakarta dilaporkan nihil kasus leptospirosis meninggal dunia," ucapnya.