Ahad 02 Jul 2023 12:18 WIB

Miliki Potensi Besar, Produk Petani Hutan Jatim Didorong Tembus Pasar Ekspor

Para petani hutan sangat inovatif dalam melakukan pengembangan agroforestri.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Jahe gajah yang juga ditanam di Nganjuk dan Ponorogo berhasil tembus pasar ekspor (ilustrasi)
Foto: Youtube
Jahe gajah yang juga ditanam di Nganjuk dan Ponorogo berhasil tembus pasar ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Jawa Timur memiliki beragam produk dari para petani hutan yang bisa dioptimalkan untuk mendorong perekonomian daerah. Bahkan, dengan potensi cukup besar, produk petani hutan Jatim didorong untuk menembus pasar ekspor.

Hal itu ditegaskan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa beberapa waktu lalu saat menghadiri Temu Karya Petani Hutan, yang digelar Dinas Kehutanan Jatim dan diikuti 1.500 petani hutan di Graha Unesa Surabaya. Pada ajang tersebut, dipamerkan sejumlah produk dari para petani hutan yang dikreasikan sedemikian rupa untuk meningkatkan nilai ekonomis.

Ia pun mengapresiasi karya para petani hutan Jatim yang ditampilkan. Menurutnya, para petani hutan yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) di Jatim sangat inovatif dalam melakukan pengembangan agroforestri. Di mana, keunggulannya selain memberikan nilai tambah juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

"Kita bisa melihat bagaimana KTH dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Jatim sangat inovatif dalam rangka menyiapkan produk agar meningkat kualitasnya, hingga memenuhi standar ekspor," kata Khofifah.

Dikatakan, cukup banyak produk KTH di Jatim yang sukses menembus pasar ekspor setelah mendapat pendampingan dari Pemprov Jatim. Salah satunya adalah produk jahe Gajah yang berasal dari Nganjuk dan Ponorogo.

Kemudian ada juga kopi hasil communal branding agroforestri dengan merek Javeast Coffee yang diekspor ke Mesir dengan nilai mencapai Rp 6,2 miliar. Javeast Coffee, kata dia, merupakan merek dagang yang digunakan untuk memasarkan hasil kopi petani hutan dari tiga kabupaten.

Yakni, Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo Kabupaten Jember; Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang; dan Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.

"Strategi communal branding ini bisa dimanfaatkan untuk membantu dalam menjaga kualitas dan standar produk dari beberapa daerah. Dengan communal branding akan membantu untuk menjaga kuantitas dan continuitas dalam pasar ekspor," ujarnya.

Produk unggulan dari petani hutan lainnya yaitu Rajangan Daun Talas Beneng. Selain itu ada juga produk gula aren cair yang diproduksi di Desa Temon, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan.

"Produk gula aren cair ini bahkan mampu menembus pasar ekspor di Kanada dengan volume ekspor perdana sebesar 1,3 ton," ujar dia.

Gubernur optimistis, kegiatan yang digelar dapat menjadi ajang untuk memperkuat jejaring mitra pemasaran dan pengembangan usaha bisnis sehingga dapat mendorong terwujudnya kelompok-kelompok usaha yang produktif, mandiri, dan mampu menembus pasar ekspor.

"Jika hal itu mampu diraih, tidak saja dapat menyejahterakan petani hutan, tetapi perekonomian Jatim akan terus mengalami pertumbuhan," tegasnya.

Kepala Dinas Kehutanan Jatim, Jumadi mengatakan, saat ini di Jatim terdapat 5.310 lembaga KTH dengan keanggotaan 238.455 KK. Sementara Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) bersama Perum Perhutani melakukan pengelolaan kawasan hutan sebanyak 1.829 lembaga dengan keanggotaan sejumlah 544.050 KK.

Sedangkan Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) sebanyak 347 kelompok dengan keanggotaan sebanyak 120.990 KK, dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) sebanyak 765 unit. Mereka, kata Jumadi, telah menjalankan usaha produksi, baik Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), dan jasa lingkungan.

"Saya berharap kegiatan ini mampu menghasilkan peningkatan sinergi peran para pihak demi terwujudnya masyarakat sejahtera dan hutan lestari di Provinsi Jatim," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement