Rabu 26 Jul 2023 05:25 WIB

334 Anak Yatim Piatu di Luar LKS Ambarawa Peroleh Santunan

Total anggaran hingga Rp 2,4 miliar dikucurkan untuk santunan itu.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
   Wakil Bupati Semarang, H Basari, menyerahkan santunan secara simbolis kepada anak yatim piatu penerima manfaat di pendopo Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (25/7).
Foto: Dokumen
Wakil Bupati Semarang, H Basari, menyerahkan santunan secara simbolis kepada anak yatim piatu penerima manfaat di pendopo Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sedikitnya 334 anak yatim piatu di wilayah Kecamatan Ambarawa menerima santunan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang. Mereka merupakan anak-anak yatim, piatu, serta yatim piatu yang berada di luar Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) anak.

Wakil Bupati (Wabup) Semarang, H Basari mengungkapkan, total anggaran hingga Rp 2,4 miliar dikucurkan untuk santunan bagi anak-anak yatim piatu di wilayah setempat.

Jumlah ini disalurkan untuk 6.000 penerima manfaat di seluruh wilayah kecamatan (19 kecamatan) yang ada. "Salah satunya anak- anak yatim piatu di Kecamatan Ambarawa ini,” ungkapnya, usai penyerahan santunan secara simbolis, di Kantor Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Selasa (25/7).

Menurut Basari, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian sekaligus kehadiran Pemkab Semarang atas nasib para anak yatim piatu yang berada di luar LKS atau panti asuhan anak.

Sebab, selain yang ditampung di sejumlah LKS anak, di wilayah Kabupaten Semarang juga banyak anak yatim, piatu, maupun yatim piatu yang berada di luar LKS anak.

Sesuai data Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Kabupaten Semarang, sebanyak 334 anak yatim piatu di Ambarawa menerima santunan yang secara simbolis diserahkan.   

“Melalui santunan ini, diharapkan anak-anak yatim piatu akan terbantu pemenuhan kebutuhan serta hak-haknya,” ungkap wabup.

Orang tua salah satu penerima manfaat, Rima Cahyani mengungkapkan, putranya Setya Adi Putra Utama (5,5) menjadi yatim sejak masih dalam kandungannya.

Karena sepekan sebelum kelahiran putra semata wayangnya tersebut, suaminya meninggal dunia karena mengalami kecelakaan.

Sejak saat itu, Rima pun harus membesarkan, mendidik, dan menafkahi putranya tersebut sendirian sebagai orang tua tunggal di rumah.

Saat ini, masih kata Rima, putranya sudah harus bersekolah. Ia pun bersyukur ada bantuan dari pemkab yang akan dimanfaatkannya untuk biaya pendidikan anak usia dini.  

“Terima kasih anak saya diberi santunan, rencananya uang santunan ini akan saya gunakan untuk tambahan bagi biaya sekolah ‘si Nang’ (putranya),” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement