Kamis 21 Sep 2023 10:26 WIB

Gaet Kampus Singapura, UMM Ciptakan Prototipe Produksi Tempe 

Pemilik usaha tempe senang bisa berdiskusi dengan mahasiswa Singapura maupun UMM.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melaksanakan Learning Express (Lex) dengan menggaet Singapore Polytechnic (SP) pada September 2023.
Foto: Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melaksanakan Learning Express (Lex) dengan menggaet Singapore Polytechnic (SP) pada September 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali melaksanakan Learning Express (Lex) dengan menggaet Singapore Polytechnic (SP) pada September 2023. Setidaknya terdapat 30 mahasiswa asal Singapura yang berkolaborasi dengan mahasiswa UMM untuk menciptakan prototipe. 

Pada edisi ini, mereka berupaya membuat alat yang membantu sederet pengusaha tempe di Desa Beji, Kota Batu. Deputy Director SP Goh Say Sheng mengapresiasi segala kolaborasi yang sudah dilakukan bersama teman-teman UMM. 

Baca Juga

Menurut dia, para mahasiswa SP tidak sekadar datang saja tetapi harus mampu mempelajari budaya Indonesia. Begitupun dengan proyek terkait tempe yang sudah ditekuni dalam beberapa hari.

Dia berharap kegiatan ini mampu memberikan pengetahuan baru dan menajamkan daya kritis para peserta. "Lex bukan hanya mengenai ide, melainkan juga harus bisa dikembangkan menjadi alat yang bermanfaat bagi sesama,” katanya.

Sementara itu, salah satu pemilik usaha tempe Rizky Nurfikayati senang bisa berdiskusi dengan para mahasiswa Singapura maupun UMM. Ada banyak masalah yang pada akhirnya bisa diselesaikan oleh peserta Lex. Misalnya, terkait air limbah pengasaman yang tidak baik untuk lingkungan tetapi mampu diatasi dengan menggunakan abu pembakaran.

Perempuan disapa Fika ini menilai para peserta Lex tidak sekadar membuat alat. Namun, mereka juga memberikan masukan bagaimana cara memproduksi tempe dengan cara yang lebih higienis. 

Begitupun dengan sistem memotong yang lebih cepat. Para peserta juga bermalam di dekat lokasi produksi selama tiga hari dua malam.

Saat menginap di daerah produksi, mereka juga aktif dan baik. Mereka terlihat selalu bertanya banyak hal agar bisa memberikan masukan yang lebih baik. "Semoga berbagai prototipe ini bisa benar-benar dijadikan alat dan membantu para produsen tempe. Khususnya di daerah Beji,” katanya dalam pesan resmi yang diterima Republika

Mahasiswa SP, Matthew, mengungkapkan salah satu alat yang dibuat mereka adalah penyaring asap hasil pembakaran. Nantinya, asap akan masuk ke pipa yang di dalamnya terdapat dua buah filter. Salah satunya, filter  High Efficiency Particulate Air (HEPA) yang menyaring debu dan asap. 

Dengan cara demikian diharapkan asap yang sudah tersaring bisa lebih baik dan tidak membahayakan makhluk hidup lain. Selain itu, juga bisa memberikan dampak positif bagi udara di sekitar, termasuk saat asap mengenai atmosfer. Filter ini diharapkan bisa membantu para produsen tempe di Beji dan tempat-tempat lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement