REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak 12 perguruan tinggi di Asia membahas tentang Critical Island Studies di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Ahad (1/10/2023) lalu. Ke-12 perguruan tinggi tersebut berasal dari Indonesia, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, Cina, dan Jepang.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Wening Udasmoro, mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan perspektif kesetaraan dan isu alam. "Selaras dengan tujuan SDGs ke-5 (kesetaraan gender), 10 (kota dan pemukiman berkelanjutan), 13 (penanganan perubahan iklim), 14 (ekosistem lautan), dan 15 (ekosistem daratan)," kata Wening dalam keterangannya, Rabu (4/10/2023).
Wening mengatakan Critical Island Studies merupakan kajian yang cukup baru di Indonesia. Meskipun demikian, antusiasme peserta cukup banyak mengikuti kegiatan ini.
"Lebih dari 100 presenter mengirimkan abstrak mereka dengan kajian dari berbagai perspektif. Lebih dari separuh presenter CIS ini berasal dari luar negeri, yakni dari Filipina, Jepang, Australia, Korea Selatan, Cina, Belanda, dan Taiwan," ucapnya.
Pembicara kunci dari konferensi ini adalah arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya UGM Daud Aris Tanudirdjo, dan guru besar dari Universitas Ateneo de Manila Oscar Campomanes. Acara yang berlangsung selama dua hari di UGM dan Sanata Dharma ini juga diisi penandatanganan perjanjian kerja sama untuk penguatan konsorsium Critical Island Studies serta pertemuan Asian Journal Network.