Ahad 22 Oct 2023 00:53 WIB

Puncak JIBB 2023 Ajang Promosi Batik Nusantara Semakin Mendunia

Pelestarian batik perlu dilakukan secara terus-menerus.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Peserta menggunakan kostum batik bersiap tampil saat Jogja Batik Carnival yang merupakan bagian dari Jogja Internasional Batik Biennale (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Peserta menggunakan kostum batik bersiap tampil saat Jogja Batik Carnival yang merupakan bagian dari Jogja Internasional Batik Biennale (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2023 mendekati acara puncak yang akan digelar pada 26 Oktober 2023. Mengangkat tema Borderless Batik-Sustainable and Marketability, Wakil Ketua JIBB 2023, Tazbir Abdullah mengatakan, kegiatan tersebut akan menjadi ajang promosi agar batik semakin dikenal luas dan mendunia.

"Puncak kegiatan JIBB akan dilaksanakan pada Kamis, tanggal 26 Oktober 2023 dengan konsep Jogja Membatik Dunia," kata Tazbir.

Dalam acara puncak JIBB 2023, akan diundang 15 negara tetangga dan negara lainnya yang memiliki hubungan erat dengan Indonesia. Di antaranya Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Timor Leste, Republik Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan India.

"Kami juga mengundang 15 negara tetangga dan beberapa negara yang memiliki jalinan erat dengan Indonesia untuk ikut serta membatik bersama," ujar Tazbir.

JIBB 2023 telah dilaksanakan sejak Juni 2023 lalu, yang mana peluncurannya dilakukan di Mal Sarinah Jakarta. Sedangkan, acara puncak akan digelar Pendopo Agung Hotel Royal Ambarrukmo bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri.

Lebih lanjut, Tazbir menuturkan JIBB ini diadakan dua tahun sekali sebagai wujud konsistensi dan pelestarian batik. Terlebih, DIY juga telah terpilih sebagai Kota Batik Dunia.

"Karena pada dasarnya batik punya sesuatu yang turut membesarkan Yogya, apalagi sejak Yogya terpilih sebagai Kota Batik Dunia. Bagi Yogya, batik adalah warisan budaya yang perlu dikembang secara konsisten," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Harian Dekranasda DIY, GKBRAyA Paku Alam mengatakan, era globalisasi memberi pengaruh positif dan negatif bagi batik di Nusantara, khususnya di DIY. Pengaruh positifnya yakni batik semakin dikenal masyarakat luas, termasuk dunia internasional.

Sedangkan, pengaruh negatifnya yakni batik dapat tergerus di tengah era globalisasi. Untuk itu, ia menilai pelestarian batik perlu dilakukan secara terus-menerus.

"Semenjak Yogyakarta ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia pada 2014, Pemda DIY dan masyarakat berupaya penuh untuk mempertahankan predikat tersebut agar tidak dicabut. Untuk mempertahankannya, salah satunya dilakukan dengan mengenalkan batik tulis pada anak-anak usia dini," katanya.

Melalui JIBB ini, pihaknya juga berupaya agar batik tidak hanya mendunia, tapi juga dicintai terutama oleh generasi muda. Dengan begitu, pada JIBB 2023 kali ini turut digelar kegiatan kolaborasi batik dengan para desainer yang mengikuti perkembangan fashion dunia saat ini.

"JIBB ini adalah milik semua masyarakat Yogya. Untuk itu, mari kita mencintai batik, mencintai adat budaya Yogya," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement