Sabtu 04 Nov 2023 00:22 WIB

MDMC PP Muhammadiyah Dukung Respons Krisis Kemanusiaan Palestina

Lembaga atau organisasi perlu membangun kerja sama.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
Logo Muhammadiyah.
Foto: Antara
Logo Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah mengecam tindakan Israel yang menyerang masyarakat sipil, fasilitas pendidikan, kesehatan, tempat ibadah, dan perumahan di Palestina.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers bersama 15 lembaga kemanusiaan lainnya yang tergabung dalam Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) di Jakarta pada Kamis (2/11/2023).

IHA merupakan organisasi yang menaungi lembaga-lembaga kemanusiaan di Indonesia untuk bersama mengatasi dampak dari krisis global. Bidang Emergency Medical Team (EMT) MDMC PP Muhammadiyah, Tri Yunanto Arliono, menyebut MDMC PP Muhammadiyah mendapatkan dukungan penuh dari LazisMu.

"Kurang lebih ada sekitar Rp 10 miliar uang yang dialokasikan untuk aksi kemanusiaan ini. Donasi yang dihimpun oleh LazisMu itu nanti dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti paket keluarga, tenda, pakaian, dan kebutuhan pangan," kata Tri.

Ketua MDMC PP Muhammadiyah Budi Setiawan mengungkapkan, urusan mitigasi krisis kemanusiaan di Palestina adalah persoalan yang kompleks sebab ada aturan-aturan luar negeri yang cukup rumit dan kompleks harus diselenggarakan.

Oleh karena itu, lembaga atau organisasi perlu membangun kerja sama untuk merespons isu-isu kemanusiaan ini dengan berbagai pihak yang terkait.

"Dalam merespons krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina, kita berkomitmen dengan bekerja sama di bawah naungan IHA. Selain itu, kita juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah melalui Kemenlu RI. Sebab, dalam konteks ini, ada persoalan-persoalan politik luar negeri yang juga harus diperbincangkan," tegasnya.

Budi berpesan kepada masyarakat Indonesia, khususnya warga Muhammadiyah untuk tetap jernih memandang persoalan yang terjadi di Palestina. Khususnya terkait isu-isu multikulturalisme, politik golongan, maupun antaragama yang dapat memecah belah persatuan.

"Pada zaman open information ini, kita harus bijak melihat pemberitaan di dunia maya. Apalagi dengan adanya isu-isu ekstrimis, teroris, dan lainnya. Terutama dalam konteks ini kita harus bersepakat bahwa tindakan peperangan adalah hal yang tidak baik untuk keberlangsungan hidup kita semua," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement