REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Belum optimalnya kontribusi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam menopang pendapatan desa menjadi fokus perhatian Badan Pengawasan Keuangan dan Pembanguna (BPKP).
Sehingga lembaga pengawas keuangan dan pembangunan ini pun berkepentingan melakukan monitoring sekaligus evaluasi terhadap kinerja dan pengeolaan BUMDes yang ada di Jawa Tengah.
Dari kegiatan ini terungkap, sejumlah persoalan yang selama ini masih menjadi ‘momok’ dan membuat peran serta performa BUMDes sulit berkembang dan belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
Hal ini terungkap dalam Sosialisasi Pengelolaan BUMDes di Kabupaten Semarang di aula Kantor Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Dalam kesempatan ini, anggota Tim Sosialisasi Pengelolaan BUMDes BPKP Perwakilan Jateng, Taufik Maulana HS mengungkapkan, faktor perencanaan bisnis dan pengembangan potensi desa masih menjadi titik lemah.
Pengelola BUMDes belum bisa mengembangkan sumber daya khas desanya menjadi usaha produktif. “Kalaupun bisa, para pengelola kesulitan dalam hal pemasaran karena tak mampu bersinergi dengan pihak ketiga,” jelas dia.
Berikutnya, kemampuan meramalkan peluang pasar atas produk unggulan desa nyaris nihil. Sehingga hal ini menyebabkan produk-produk unggulan desa hanya laku di pasar lokal.
Demikian halnya kemampuan pengelola BUMDes dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan, juga masih menjadi tantangan. Sehingga ini juga menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi para pengelola BUMDes.
Berangkat dari kondisi inilah BPKP Perwakilan Jateng menyiapkan tim untuk melakukan sosialisasi pengelolaan Bumdes. Tujuannya jelas agar ada perbaikan dan kinerja BUMDes.
“Maka, performa serta peran BUMDes akan semakin optimal dalam mendukung pendapatan asli desa (PADes),” tegasnya, di hadapan ratusan pengelola BUMDes se-Kabupaten Semarang.
Sementara itu, Sub Koordinator Ekonomi Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dispermasdes) Kabupaten Semarang, Ari Setyorini, berharap BUMDes mampu mengembangkan berbagai jenis usaha produktif.
Sejauh ini, tidak semua BUMDes belum mampu memainkan perannya dalam kemajuan dan pembangunan desa. Di Kabupaten Semarang sudah ada beberapa BUMDes yang mampu menunjukkan kontribusi positif bagi pemasukan desa.
Di antaranya BUMDes ‘Aji Bodronoyo’ Desa Sumowono yang mengelola pasar desa. Kemudian BUMDes ‘Bangun Jaya’ Desa Kesongo yang mampu mengelola wisata kuliner di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang.
“Pengelolaan dan kegiatan BUMDes tersebut telah mampu berkontribusi PADes dan juga pembangunan di desanya masing- masing,” jelas Ari.