Oleh : Prof. Dr. Mufdlilah, S.Pd., S.SiT., M.Sc
REPUBLIKA.CO.ID, Kejadian stunting bisa dilihat sejak sang ibu masih berusia remaja. Kondisi kesehatan saat remaja, saat hamil, maupun saat pengasuhan pascakelahiran menjadi hal yang mendasar. Dibandingkan di perkotaan, kejadian stunting lebih tinggi terjadi di desa. Kerawanan pangan, kepaparan informasi, status sosial dan ekonomi menjadi penyebab utama sehingga penanganan dan pencegahan stunting harus lebih objektif dan subjektif dilakukan.
Lingkungan mempengaruhi tingginya angka stunting. Lingkungan aman dan bersih, layanan kesehatan dan perawatan kesehatan yang memadai, serta rumah tangga yang aman pangan membuat memiliki risiko terjadinya stunting lebih rendah.
Tingkat pengetahuan masyarakat di pedesaan dan perkotaan menunjukkan perbedaan. Di perkotaan, pengetahuan gizi lebih tinggi dari pada di pedesaan. Orang yang tinggal di perkotaan dalam lingkup letak geografis sebagai pusat kota dengan sumber informasi yang lengkap baik media massa ataupun media elektronik, serta adanya penyuluhan dan sosialisasi, akan memberikan dampak terhadap pengetahuan stunting. Selain itu, pengetahuan stunting di pedesaan juga merupakan salah satu dampak dari rendahnya pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat khususnya pada ibu dan remaja.
Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah dan untuk beribadah. Kedua fungsi ini akan dapat terlaksana dengan baik jika manusia dalam keadaan sehat. Edukasi tentang pencegahan stunting termasuk salah satu kegiatan dalam mengamalkan ilmu. Ada beberapa ayat Alquran yang menjaskan tentang pola makan yang sehat. Islam mengajarkan kita untuk meraih kesehatan dengan cara mengatur pola makan dengan baik.
Sebagian besar orang tidak menyadari hal-hal yang penting terkait makanan dan minuman. Mereka menganggap makanan tidak berkaitan dengan agama bahkan tidak peduli dengan apa yang dimakan, baik dari sisi zatnya maupun cara memperolehnya. Makanan dan minuman yang dikonsumsi secara langsung mempengaruhi tubuh baik fisik maupun psikis.
Alquran menjelaskan sifat makanan yaitu memenuhi halal dan thayib. Sebagaimana yang tercantum dalam QS Al-Maidah ayat 88 dan QS Al-Baqarah ayat 57 yang menyiratkan bahwa ilmu gizi perlu dipelajari sehingga apa yang dikonsumsi dapat memberi manfaat bagi tubuh manusia. Pada dasarnya apa yang dikonsumsi manusia menentukan kesehatan manusia.
Manfaat menggunakan makanan dan minuman halal dan baik yaitu: Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari; Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani; Mendapat perlindungan dari Allah; Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah; Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya; dan Rezeki yang diperolehnya membawa berkah dunia akhirat.
Makanan yang halal dan baik yaitu makanan yang diperbolehkan oleh agama dari segi hukumnya, baik halal zatnya seperti telur, buah-buahan, sayur-mayur, dan lain-lain. Makanan halal yaitu makanan yang didapat dan diolah dengan cara yang benar menurut agama, serta diperoleh dengan usaha yang benar seperti binatang yang disembelih dengan menyebut nama Allah.
Makanan yang baik yaitu makanan yang dapat dipertimbangkan dengan akal, dan ukurannya adalah kesehatan. Artinya makanan yang baik yaitu yang berguna dan tidak membahayakan bagi tubuh manusia dilihat dari sudut kesehatan. Makanan yang baik lebih bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi manusia yang bersangkutan.
Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan makan yaitu suatu cara untuk mempertahankan hidup. Allah menyediakan semua yang dibutuhkan manusia termasuk makanan yang berlimpah di bumi. Makanan yang dikonsumsi haruslah makanan yang halal dan baik bagi manusia dan menjauhi makanan yang haram yang akan merusak tubuh. Karena makanan yang halal belum tentu baik bagi sebagian orang karena kondisi tertentu seperti sakit.
QS Al-Baqarah ayat 152 memuat ajaran syukur terhadap apa yang Allah berikan kenikmatan, dan Allah akan jauhkan manusia dari berbagai macam kesulitan. Syukur itu dilakukan dengan hati berupa pengakuan atas kenikmatan yang didapatkan, dengan lisan berupa zikir dan pujian, dan dengan anggota tubuh berupa ketaatan kepada Allah serta kepatuhan terhadap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Syukur itu menyebabkan kelanggengan nikmat yang telah didapatkan dan menambah kenikmatan yang belum didapatkan. Salah satu bentuk syukur, ketika lapar Allah telah menyediakan berbagai makanan yang ada di bumi dan manusia berusaha untuk mencari makanan tersebut dengan sabar dan ikhlas. Selain itu, orang tua dapat memberikan makanan pada anak sesuai dengan kebutuhannya.