Kamis 13 Jun 2024 10:05 WIB

Kemenko Perekonomian: Teknologi Akan Hilangkan 80 Juta Lapangan Kerja

Akan bertambah sekitar 67 juta jenis pekerjaan.

Rep: Eva Rianti/ Red: Fernan Rahadi
Teknologi AI (ilustrasi)
Foto: VOA
Teknologi AI (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Plh Deputi IV Bidang Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Musdhalifah Machmud mengungkapkan tantangan besar perkembangan teknologi di antaranya adalah ada puluhan juta lapangan kerja yang bakal hilang. Untuk mengantisipasinya, Musdhalifah menekankan pentingnya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengelola teknologi.

"Menurut perkiraan, dengan perkembangan teknologi yang akan semakin cepat ke depan ada sekitar 80 juta lapangan kerja akan hilang. Tetapi juga akan bertambah sekitar 67 juta jenis pekerjaan," kata Musdhalifah dalam agenda Media Briefing bertajuk ‘Perkembangan Kebijakan Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM’ di Jakarta, Rabu (12/6/2024).

Dalam menghadapi tantangan itu, Kemenko melakukan penguatan ekonomi digital dengan berbagai cara. Terutama dalam upaya meningkatkan kapabilitas SDM untuk shifting.

"Yang kita perlukan adalah kemampuan atau skill-skill yang baru, transformasi skill dengan teknologi dan pemanfaatan digital. Ini sangat kita perlukan di masa depan, ini yang harus kita percepat," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Chairul Saleh mengatakan, memang kenyatannya perkembangan teknologi menjadi semacam dua mata pisau, yang mana ada potensi yang beriringan pula dengan ancaman. Bagaimanapun, menurutnya, otomatisasi jenis pekerjaan menjadi isu utamanya.

"Kita enggak bisa nolak perkembangan ekonomi digital karena ini menjadi keniscayaan, kalau enggak kita ketinggalan. Mitigasinya adalah manpower atau tenaga kerjanya," tutur Chairul.

Ia menjelaskan langkah utama yang dilakukan adalah menyiapkan SDM yang berkaitan dengan sistem pendidikan, pemberdayaan tenaga kerja, dan membangun lifelong learning. Dia menekankan perlunya merevitalisasi sistem pendidikan utamanya vokasi.

"Karena dari fitur lulusan tenaga kerja saat ini masih banyak yang pendidikan menengah ke bawah. Jadi fokuskan kepada vokasi karena lebih siap bekerja," kata dia.

Dari segi strategi pemberdayaan tenaga kerja, Chairul mengatakan pemerintah terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan para pelaku industri untuk memberi masukan tentang bentuk lapangan pekerjaan yang prospek ke depan. Sementara itu dari segi strategi membangun longlife learning, Chairul menjagokan diantaranya program kartu pra kerja yang merupakan program peningkatan skill calon tenaga kerja. Eva Rianti

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement