Kamis 15 Aug 2024 11:10 WIB

Program Kemitraan Petani Tembakau Berjalan di Wonogiri, Istri Petani: Ekonomi Meningkat

Kini pengolahan tanah menjadi efisien dan efektif dengan menggunakan mesin modern.

Petani tembakau (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Petani tembakau (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI - PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) menjalankan program kemitraan dengan petani melalui perusahaan pemasok yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani hingga kualitas tembakau. Kemitraan ini dijalankan di berbagai sentra pertanian tembakau, salah satunya di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, dan dampaknya seperti yang dirasakan warga Dukuh Ngepoh, Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko.

Perekonomian warga yang mengikuti program kemitraan meningkat. Di antaranya ada yang menggunakan penghasilan dari pertanian tembakau untuk membeli alat produksi, membeli kendaraan untuk mendukung produktivitas, memperluas ladangnya agar semakin banyak tembakau yang ditanam, dan bahkan membangun rumah bagi keluarganya.

Salah satunya dirasakan Erni Atmiarsih (49), istri Suprapto (53) yang merupakan salah satu petani mitra pemasok Sampoerna. Erni menceritakan, suaminya bergabung dalam program kemitraan petani tembakau sejak 2016.

Saat itu, istri para petani juga mendapatkan sosialisasi terkait program kemitraan dan pertanian tembakau. Sehingga, Erni tidak kaget saat suaminya memutuskan ikut bergabung sebagai petani mitra.

"Jadi istri mendapat penjelasan soal program kemitraan. Hingga kini, saya ikut mendampingi bapak menanam tembakau," kata Erni ditemui di Wonogiri, Jawa Tengah.

Erni mengaku, program kemitraan telah memberikan dampak positif yang nyata bagi perekonomian keluarganya.

Dari cerita Erni, perekonomian keluarganya mengalami peningkatan setelah Suprapto ikut program kemitraan. Ia bisa merenovasi rumah, membeli kendaraan, dan membuat sumur sendiri sehingga tidak bergantung orang lain.

"Perbedaannya banyak. Dulu rumah masih lantai tanah. Alhamdulillah sekarang sudah tidak. Dulu kendaraan cuma satu, sekarang sudah punya dua. Terus sumur dulunya masih ikut umum, sekarang mandiri," ungkap dia.

Di samping itu, Erni mengatakan bahwa ia dapat membiayai pendidikan anaknya juga karena hasil pertanian tembakau."Alhamdulillah, berkat hasil tanam tembakau, saya bisa menyekolahkan anak sampai lulus kuliah," ceritanya.

Erni juga mengamati perbedaan dari cara suaminya bertani. Jika sebelumnya sang suami mengolah tanah secara manual, sejak ikut program kemitraan, kini pengolahan tanah menjadi efisien dan efektif dengan menggunakan mesin modern.

Hal senada disampaikan Lidia Rohma Doningsih (34), istri petani tembakau Mustopa (41). Ia mengaku, suaminya ikut program kemitraan di Wonogiri dari tahun 2017. 

Seperti cerita Erni, dampak program kemitraan bagi ekonomi keluarga Lidia cukup signifikan. Lidia mengatakan perekonomian keluarganya meningkat sejak suaminya ikut bergabung program kemitraan.

“Contohnya tahun 2017, dari hasil panen saat itu saya dapat membeli hewan ternak seperti sapi dan kambing,” kisahnya.

Setahun berikutnya, Lidia dapat membeli mesin penggilingan beras untuk usaha kue yang ia miliki. "Alhamdulillah, sekarang saya bisa menggiling sendiri tanpa pergi ke tempat lain," kata dia.

Tidak hanya itu, sebuah sepeda motor juga dapat ia beli dari hasil panen tahun 2019. "Malah kemarin tahun 2023, bisa untuk membeli tanah. Jadi suami saya bisa menambah jumlah tanaman tembakau untuk tahun ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement