REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi membuka rangkaian acara Digital Society Week 2024 di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM, Senin (30/9/2024). Acara ini mempertemukan peneliti, mitra industri, serta pemangku kepentingan untuk membahas interaksi antara teknologi digital dan masyarakat di Indonesia dengan tema “Navigating the Dynamics Between Digital Technologies and Digital Society in Indonesia”.
Acara pembukaan diisi oleh empat pakar di bidang digital society, yakni Syaifa Tania (Sekretaris Eksekutif CfDS UGM), Andianto Haryoko (Koordinator Ekosistem dan Pemanfaatan TIK, Direktorat Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika Kementerian PPN/Bappenas), Agung Pamungkas (Government Affairs and Public Policy Manager, Google Indonesia), serta M. Perdana Sasmita-Jati Karim (Koordinator Riset CfDS UGM).
Syaifa Tania membuka diskusi dengan menekankan pentingnya menciptakan ruang digital yang inklusif dan humanis. "Teknologi digital menawarkan banyak peluang, tetapi juga menimbulkan tantangan besar, terutama dalam hal akses digital, keamanan data, dan dampak sosial-budaya," jelasnya. Tania menambahkan bahwa riset yang dilakukan CfDS berperan penting dalam memberikan panduan strategis bagi para pemangku kebijakan terkait isu-isu ini.
Sebagai lembaga riset, CfDS juga mengadvokasi transformasi digital melalui literasi teknologi, advokasi kebijakan AI, dan peningkatan keamanan siber. Riset yang mereka lakukan telah menjadi landasan bagi inisiatif kebijakan di bidang digitalisasi dan transformasi teknologi.
Andianto Haryoko dari Bappenas menyoroti peran penting pemerintah dalam mendukung transformasi digital yang merata. Menurutnya, kebijakan digital di Indonesia perlu diadaptasi untuk mengatasi tantangan yang muncul, seperti belum meratanya akses internet di berbagai wilayah dan minimnya infrastruktur digital di sektor strategis seperti pendidikan dan kesehatan.
“Bappenas berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur TIK dan literasi digital, serta merumuskan regulasi untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif,” jelas Andianto. Ia juga menekankan pentingnya penguatan konektivitas dan ekosistem digital melalui RPJMN 2025-2029.
Agung Pamungkas dari Google Indonesia menyoroti pentingnya kecerdasan buatan (AI) dalam mengatasi masalah sosial. Ia mencontohkan bagaimana teknologi LaMDA yang dikembangkan Google dapat berperan dalam membantu memecahkan masalah kompleks, termasuk dalam situasi bencana. "Namun, pengembangan AI harus memperhatikan aspek keadilan sosial, bukan hanya fokus pada efisiensi teknologi," katanya.
Agung juga menyerukan perlunya regulasi AI yang proporsional dan berbasis risiko, serta memastikan teknologi ini dapat digunakan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat luas.
Selama Digital Society Week 2024, yang berlangsung hingga 10 Oktober 2024, CfDS UGM akan mendiseminasikan berbagai hasil riset yang berfokus pada masyarakat digital, inovasi teknologi, serta tantangan dan peluang yang muncul di era digital. Sebanyak 28 peneliti, akademisi, pelaku industri, serta perwakilan pemerintah akan terlibat dalam diskusi mengenai peran teknologi dalam memperkuat masyarakat digital yang inklusif dan berkelanjutan.