REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bertujuan untuk menghasilkan para pemimpin masa depan, HighScope Indonesia merancang beberapa suasana belajar yang dibuat semirip mungkin dengan situasi kehidupan nyata. Salah satunya adalah HighScope Model United Nations (HSMUN) yang menjanjikan keterampilan berdiplomasi.
Kegiatan ini memberikan wadah bagi para peserta untuk mengembangkan kompetensi dan minat mereka, dengan mempelajari bagaimana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berfungsi sehubungan dengan isu-isu dunia terkini.
"Selama dua hari HSMUN, para peserta yang terdiri dari siswa SMP kelas 9 dan SMA mengabdikan dirinya untuk mengasah berbagai keterampilan penting, seperti berbicara di depan umum, berdebat, menulis, bernegosiasi, melakukan riset, memecahkan masalah, membentuk konsensus, melakukan kompromi, dan bekerja sama. Melalui pengalaman ini, mereka tidak hanya memahami pentingnya diplomasi, tetapi juga siap untuk menghadapi tantangan global di masa depan," kata Sekretaris Jenderal HighScope Model United Nations 2024, Tubagus Farrel, dalam siaran pers, Kamis (31/10/2024).
HSMUN yang merupakan pionir dari kegiatan simulasi Sidang PBB untuk jenjang pendidikan SMA membuka pintunya bagi 256 siswa-siswi dari 59 sekolah dari DKI Jakarta, Bogor, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung dan Makassar. Para peserta didorong untuk memulai dari awal sekali untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai diplomasi, isu-isu global, dan kemampuan menemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan dunia global.
Generasi berikutnya akan harus memikul tanggung jawab kepemimpinan dan mengambil keputusan penting di tengah situasi yang kompleks ini, sehingga keterampilan-keterampilan semacam ini sangat penting.
“Diplomasi jarang sekali berhasil, rudal-rudal terus berterbangan dan suhu dunia terus meningkat. Diplomasi hampir tidak pernah berhasil, sampai akhirnya berhasil. Ketika musuh memutuskan untuk berdamai, ketika orang-orang yang tenggelam akhirnya belajar berenang," katanya.
Acara ini dibuat sebagai wadah latihan akademis. "Namun demikian, kami berharap bahwa dengan rumitnya permasalahan yang dapat dipelajari dari negosiasi antar negara, kami dapat memfasilitasi diskusi yang substantif, inklusif, dan penuh kasih," kata Tubagus Farrel.
Acara ini telah dimulai pada 25 Oktober 2024 dengan Technical Meeting yang dihadiri oleh seluruh peserta, dan beberapa guest speaker hadir untuk berbagi wawasan. Salah satunya adalah Biondi Sanda Sima, konsultan pemerintahan digital untuk World Bank, yang menyampaikan kesannya akan acara tahun ini.
"Ini adalah pertama kalinya saya menghadiri acara model PBB untuk tingkat
sekolah menengah atas. Sekitar satu dekade lalu, saya pernah berpartisipasi di MUN saat saya kuliah. Melihat orang-orang di usia yang sangat muda sudah sangat sadar akan isu-isu global dan sangat bersemangat untuk bertemu orang-orang baru, membangun kepentingan bersama, dan mengasah keterampilan negosiasi mereka. Sejujurnya, ini adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat di tempat lain. Saya sangat bangga dengan setiap siswa yang terlibat, atas kehadiran dan pengelolaan acaranya," kata Biondi.
Seperti tahun-tahun sebelumnya technical meeting ini juga dilengkapi dengan MUN 101, untuk membekali para peserta dengan berbagai peraturan dan prosedur acara.
Rangkaian acara kemudian dilanjutkan pada tanggal 30-31 Oktober 2024, dimulai dengan Opening Ceremony yang menghadirkan para pembicara tamu lainnya, menambah semarak suasana HighScope Model United Nations. Salah satunya adalah Caka Alverdi Awal, Direktur Keamanan Internasional dan Disarmament di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, yang menekankan bahwa pengertian yang mendalam mengenai berbagai isu global memiliki peran signifikan dalam diplomasi, terutama dalam pengambilan keputusan.
"Negosiasi itu sangat esensial; memahami kepentingan kita dan memperjuangkannya melalui dialog yang efektif merupakan kunci. Terutama untuk menavigasi isu-isu internasional, penting sekali untuk membangun kesadaran kalian dengan melibatkan beragam sumber daya seperti media dan literatur. Membaca tidak hanya akan memperluas perspektif kallian, tetapi juga memperdalam pemahaman kalian semua mengenai topik-topik kompleks. Saya mendorong para delegasi yang hadir hari ini, untuk memupuk kepekaan terhadap isu-isu ini, karena hal ini memupuk empati dan mengasah pengambilan keputusan yang tepat," katanya.
Hadir juga Deputi Direktur untuk Meja Jepang di Direktorat Urusan Timur Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Saud Ringo, yang menyampaikan pesan penting kepada para delegasi.
“Bagian terpenting dalam memahami budaya adalah komunikasi itu sendiri. Anda perlu berbicara satu sama lain. Bagian terpenting dari menjadi seorang diplomat adalah berbicara dengan orang lain, berbicara dengan orang asing. Orang-orang berasal dari budaya yang berbeda, negara yang berbeda, dan latar belakang yang berbeda," katanya.
Ia juga menambahkan bahwa acara ini memiliki fungsi yang penting sebagai wadah bagi para delegasi untuk bisa melatih keterampilan diplomasinya.
Selama sesi komite, setiap peserta atau delegasi akan memiliki kesempatan untuk menjelaskan sikap negaranya tentang masalah yang dibahas, mempertahankan argumen dan hak negaranya, dan berusaha untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara lain untuk resolusi yang mereka rumuskan.
Selanjutnya selama Sidang Umum hari terakhir, setiap delegasi akan menyampaikan resolusi yang mereka buat, dan semua delegasi akan memberikan suara untuk menentukan apakah akan mendukung atau menolak resolusi-resolusi tersebut. Sesi-sesi konferensi, pertemuan sosial, dan Sidang Umum diawasi oleh siswa dari Sekolah HighScope Indonesia yang sudah berpengalaman dalam Model Perserikatan Bangsa-Bangsa di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Singapura, Belanda, dan
Indonesia. Acara HSMUN berakhir dengan Upacara Penutupan yang beragendakan antara lain penyerahan penghargaan bagi Delegasi Terbaik, Penghargaan Kehormatan, Delegasi Luar Biasa, Makalah Posisi Terbaik, Penghargaan Lisan, dan Petunjuk Terbaik.