Senin 02 Dec 2024 12:49 WIB

Founder Shira Media Beberkan Resep Rahasia Berbisnis Buku pada Era Serba Digital

Shira Media memanfaatkan teknologi untuk menjangkau pembaca lebih luas.

Shira Media
Foto: dokpri
Shira Media

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dalam dunia bisnis penerbitan yang semakin kompetitif, nama Cahyo Satria, pendiri Shira Media, telah menjadi inspirasi bagi banyak pelaku usaha. Berawal dari sebuah penerbit kecil di Yogyakarta pada tahun 2008, Shira Media kini telah berkembang menjadi salah satu pemain utama dalam industri literasi Indonesia. Cahyo pun berbagi rahasia kesuksesannya dalam membangun bisnis buku di era digital yang penuh tantangan.

"Dunia terus berubah, begitu pula cara kita membaca dan menikmati buku. Tetapi, satu hal yang tidak berubah adalah kebutuhan manusia akan cerita. Inilah yang menjadi pondasi Shira Media sejak awal," ujar Cahyo dalam sebuah wawancara eksklusif. Ia mengungkapkan bahwa fokus pada kualitas konten dan adaptasi terhadap teknologi adalah dua hal utama yang membawa Shira Media hingga titik ini.

Menggabungkan Literasi dan Teknologi

Dalam era digital, banyak penerbit harus bersaing tidak hanya dengan sesama penerbit, tetapi juga dengan platform hiburan lainnya, seperti media sosial dan layanan streaming. Menurut Cahyo, Shira Media memanfaatkan teknologi untuk menjangkau pembaca lebih luas, tanpa melupakan esensi dari membaca itu sendiri.

"Kami memulai dengan buku cetak, tetapi kini kami juga menghadirkan buku digital yang bisa diakses melalui perangkat elektronik. Ini adalah cara kami menjembatani kebutuhan pembaca modern tanpa meninggalkan pembaca tradisional," jelas Cahyo.

Selain menghadirkan buku berkualitas, Shira Media juga memperluas visinya melalui Shira Coffee, sebuah kafe dengan konsep perpustakaan vintage. Kafe ini memberikan pengalaman unik bagi para pengunjung untuk menikmati kopi sambil membaca koleksi buku dari Shira Media. "Kami ingin menciptakan ruang di mana literasi dan komunitas bisa bertemu. Shira Coffee adalah wujud dari visi tersebut," kata Cahyo.

Menurut Cahyo, kunci untuk bertahan di industri penerbitan adalah memahami kebutuhan pembaca dan tetap relevan. Shira Media, misalnya, tidak hanya menerbitkan karya lokal tetapi juga menerjemahkan buku-buku internasional seperti Babel karya R.F. Kuang dan Conversations with Friends oleh Sally Rooney.

"Pembaca Indonesia semakin beragam, dan tugas kami adalah menyediakan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan memahami pasar, kami bisa tetap relevan bahkan di tengah perubahan," katanya menambahkan.

Shira Media juga dikenal sebagai rumah bagi banyak penulis lokal, seperti Seno Gumira Ajidarma dan Dea Anugrah. Cahyo menekankan bahwa salah satu misi utama Shira Media adalah memberikan platform bagi suara-suara baru di dunia literasi. "Penulis lokal memiliki cerita yang unik dan relevan. Kami ingin memastikan cerita-cerita tersebut bisa menjangkau pembaca sebanyak mungkin," ujarnya

Dengan lebih dari 1.000 judul buku yang telah diterbitkan, Shira Media terus berinovasi untuk menghadirkan karya-karya yang inspiratif. Cahyo percaya bahwa masa depan literasi Indonesia sangat cerah jika pelaku industri berkolaborasi untuk meningkatkan minat baca.

"Bisnis ini bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga soal dampak. Buku memiliki kekuatan untuk mengubah cara kita melihat dunia, dan kami di Shira Media ingin menjadi bagian dari perubahan itu," kata Cahyo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement