Selasa 28 Jan 2025 17:41 WIB

Rayakan Milad ke-82, UII Usung Tema 'Mengerti Bumi'

Tema milad kali ini menunjukkan bahwa UII tidak hanya mengurus persoalan akademik.

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid (keempat kanan), berbicara jelang Milad UII yang ke-82 di Sabin By Seken Living, Sleman, DIY, Selasa (21/1/2025).
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid (keempat kanan), berbicara jelang Milad UII yang ke-82 di Sabin By Seken Living, Sleman, DIY, Selasa (21/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Universitas Islam Indonesia (UII) memasuki usia ke-82 pada 27 Rajab atau yang bertepatan dengan 27 Januari 2025. Kali ini, kampus yang dulu bernama Sekolah Tinggi Islam ini mengusung tema lingkungan bertajuk 'UII Mengerti Bumi.'

Rektor UII Fathul Wahid menyebut terdapat berbagai kegiatan lingkungan untuk mendukung milad kali ini, mulai dari penanaman pohon, pengembangan transportasi publik, hingga pengolahan sampah mandiri.

"Kami tidak hanya fokus pada internal, tetapi ingin berdampak pada masyarakat luar. Kami mencoba memantik kesadaran kolektif," ucapnya pekan lalu.

Fathul juga menegaskan, mengerti bumi berarti harus memperhatikan penghuninya. Untuk itu, UII berkomitmen untuk memberikan kuliah gratis. "Setiap program studi ada sembilan hingga sepuluh kursi untuk kuliah nol rupiah," katanya.

Fathul berharap pada usia ke-82 ini UII semakin menegaskan kontribusinya di tengah masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, UII ingin menjadi bagian dari pilar yang mendidik anak bangsa untuk siap berkarya.

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Ilya Fadjar Maharika menambahkan, tema UII Mengerti Bumi juga ditunjukkan lewat pola dasar kawung sebagai logo.

"Kawung ini menggambarkan biji. Tumbuhan di dunia itu bermula dari biji," katanya.

Menurutnya, tema milad kali ini menunjukkan bahwa UII tidak hanya mengurus persoalan akademik namun juga menghasilkan berbagai kegiatan yang diupayakan bisa berdampak.

"Ini upaya sederhana untuk memahami kompleksitas bumi," katanya.

Menurut Ilya, saat ini manusia jadi unsur paling dominan dalam mengubah bumi. Sehingga, ada potensi untuk mencelakakan bumi.

"Dulu manusia mengikuti ritme bumi. Tapi sekarang manusia yang menentukan nasib bumi mau ke mana," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement