REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ketimpangan produktivitas antara perkebunan rakyat dan perusahaan besar di sektor kelapa sawit kembali menjadi perhatian. Dengan hasil produksi hanya 3–4 ton Crude Palm Oil (CPO) per hektare per tahun, kebun sawit rakyat tertinggal jauh dari perusahaan swasta maupun BUMN yang bisa menghasilkan hingga dua kali lipat.
Isu utama yang mengemuka bukan lagi hanya seputar infrastruktur atau akses, tetapi menyangkut minimnya keterampilan dan pengetahuan dasar para pekebun sawit swadaya. Permasalahan ini semakin kompleks ketika ditemukan bahwa banyak pekebun masih mengandalkan metode tradisional tanpa pengetahuan agronomi yang memadai.
“Kemampuan fundamental dalam budidaya dan pengelolaan lahan menjadi akar masalah utama rendahnya produktivitas kebun rakyat,” kata Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Eddy Abdurrachman, Senin (26/5/2025).
Merespons hal ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPD) bersama Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Ditjenbun) kembali menggelar Program Pengembangan SDM Perkebunan Kelapa Sawit. Eddy menjelaskan, program pelatihan pengembangan SDM PKS ini dirancang untuk menjawab kebutuhan tersebut di sektor perkebunan, termasuk peningkatan keterampilan pekebun melalui pelatihan dan pendidikan, sebagai bagian dari mandat Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2024.
Pelatihan dikemas dalam bentuk gabungan antara kelas (klasikal) dan kegiatan luar ruang, seperti praktik langsung dan kunjungan ke lokasi kebun. Pendekatan ini terbukti memberi dampak yang lebih signifikan terhadap pemahaman dan kemampuan pekebun, yang selama ini lebih banyak belajar secara otodidak.
“Pengembangan SDM sawit melalui pelatihan di dalam kelas namun juga dengan kegiatan praktik dan terjun langsung ke lapangan,” ucap dia.
LPP Agro Nusantara menjadi salah satu mitra strategis dalam penyelenggara program pengembangan SDM Perkebunan Kelapa Sawit ini. Pugar Indriawan, SEVP Operation dari LPP Agro Nusantara menjelaskan tahun ini, ada sebanyak 68 kelas mencakup 11 jenis pelatihan yang akan dilaksanakan di 9 provinsi. Target kegiatan ini diikuti oleh 10.786 peserta dari 17 provinsi di Indonesia, yang menyasar pekebun, pengurus koperasi, hingga perangkat daerah yang mendampingi kebun sawit rakyat.
Terkait jenis pelatihannya meliputi aspek teknis, seperti budidaya sawit berkelanjutan, hingga manajerial dan pengelolaan kelembagaan pekebun. Harapannya, para alumni pelatihan ini dapat menjadi agen perubahan di komunitasnya masing-masing.
“Pekebun tidak hanya diberi teori, tetapi juga dibimbing langsung melalui praktik yang bisa langsung diterapkan,” ungkapnya.
Untuk gelombang pertama pelatihan tahun ini, telah dimulai di Riau pada 19–24 Mei 2025, bertajuk "Pelatihan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)" bertempat di Grand Elite Hotel Riau.
BPDP dan Ditjenbun menaruh harapan besar bahwa program ini akan menjadi langkah nyata dalam menciptakan pekebun yang bukan hanya produktif, tetapi juga mandiri dan kompeten. Melalui penguatan SDM inilah, kebun rakyat yang selama ini tertinggal dapat mengejar ketertinggalan dan menjadi bagian dari industri sawit yang modern, profesional, dan berkelanjutan.