REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Yayasan Indonesia Lighthouse kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong kemajuan pendidikan tinggi Indonesia di panggung global. Setelah sukses memberangkatkan dua mahasiswa Universitas Airlangga, Nicolas Chiko Entsanerga (Oktober-November 2024) dan Wahidah Mevi Nihayah (April-Juni 2025), melalui Global Leadership Program, yayasan ini kini mengirimkan satu lagi talenta muda Indonesia ke Amerika Serikat melalui Rocketry Program Aksantara ITB.
Yayasan Indonesia Lighthouse adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2022 oleh dua tokoh diaspora Indonesia, Ari Sufiati dan Dian Lir Widhiati, yang juga merupakan pengurus inti Ikatan Keluarga Alumni Universitas Airlangga di Amerika Serikat. Berbasis di Texas, yayasan ini awalnya berfokus pada program pengembangan karier internasional bagi mahasiswa Universitas Airlangga. Memasuki tahun kedua, Indonesia Lighthouse memperluas cakupan kegiatannya dengan meluncurkan program baru yang bertujuan membuka akses terhadap teknologi dan kecerdasan buatan (AI) dari Amerika Serikat, serta menjalin kolaborasi lebih luas dengan universitas lain di Indonesia.
"Kami meyakini bahwa pendidikan lintas budaya adalah kunci utama dalam membentuk pemimpin masa depan yang inklusif, visioner, dan siap menghadapi berbagai tantangan global," ujar Founder Indonesia Lighthouse, Ari Sufiati.

Sementara itu, Co-Founder Indonesia Lighthouse, Dian Widhiati, menyampaikan bahwa keberangkatan Najwa mencerminkan komitmen pihaknya dalam membuka akses yang lebih luas terhadap teknologi dan kecerdasan buatan bagi mahasiswa Indonesia, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk belajar, berkembang, dan membangun jejaring di tingkat global.
Sejarah lahirnya Rocketry Program Aksantara ITB, Rocketry Program ini lahir dari momen refleksi dan tekad. Pada tahun 2024, Edmund Pascalis, putra diaspora Indonesia, saat itu mahasiswa University of Texas Dallas, Bendahara dan anggota tim American Institute of Aeronautics and Astronautics (AIAA) UTD menghadiri kompetisi roket internasional IREC 2024 mengamati bahwa bahwa tidak ada perwakilan dari Indonesia dalam ajang bergengsi tersebut. Di tengah kehadiran tim-tim dari berbagai negara yang menampilkan inovasi dan kemajuan teknologi dirgantara, ketidakhadiran Indonesia menjadi refleksi mendalam akan perlunya pembangunan kapasitas nasional di bidang ini. Berangkat dari kepedulian tersebut, muncul tekad dan gagasan untuk mendirikan sebuah program roket di Indonesia.
Inisiatif ini didorong oleh semangat kebangsaan dan keyakinan bahwa sumber daya manusia Indonesia memiliki potensi yang setara bahkan bisa lebih dibandingkan dengan negara-negara lain. Program ini bertujuan untuk membuka jalan bagi Indonesia agar dapat bersaing di panggung global, sekaligus mengangkat martabat bangsa melalui pencapaian di bidang teknologi kedirgantaraan. Selain sebagai sarana pembinaan dan pengembangan talenta nasional, program ini juga memiliki dimensi strategis. Penguasaan teknologi roket dan luar angkasa diharapkan dapat memperkuat kemandirian bangsa, khususnya dalam sektor pertahanan dan teknologi tinggi, serta mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.
Dengan demikian, pendirian program ini bukan hanya merupakan upaya partisipasi dalam kemajuan teknologi global, tetapi juga merupakan langkah nyata menuju kemandirian, daya saing, dan kontribusi Indonesia dalam peradaban masa depan. Pada November 2024, Indonesia Lighthouse, melalui kolaborasi strategis dengan Paragon Corp (Salman Subakat) dan Aksantara Foundation (diwakili Baejah), meluncurkan Program Rocketry Aksantara ITB. Program ini dirancang oleh Indonesia Lighthouse dengan misi utama untuk mempersiapkan kehadiran Indonesia dalam kompetisi internasional IREC 2026 di Amerika Serikat.
Melalui program-program unggulan seperti Rocketry Program dan Global Leadership, Indonesia Lighthouse bertekad untuk melahirkan generasi muda Indonesia yang tidak hanya mampu membawa perubahan positif di dalam negeri, tetapi juga berkontribusi aktif di panggung dunia.
Duta IREC 2025
Najwa Rashika Az-Zahra Raharema, mahasiswi semester enam dari Program Studi Aerospace Engineering, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Institut Teknologi Bandung (ITB), terpilih sebagai delegasi tahun ini. Rocketry Program Aksantara ITB dirancang untuk membuka cakrawala internasional, menumbuhkan kepemimpinan berbasis nilai, serta memperkuat kapasitas intelektual mahasiswa Indonesia melalui keterlibatan langsung dalam lingkungan global yang dinamis dan kolaboratif.
Keikutsertaan Najwa dalam Rocketry Program berawal dari keterlibatannya yang aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Aksantara ITB, organisasi mahasiswa yang berfokus pada pengembangan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan teknologi pendukungnya melalui kegiatan riset dan kompetisi. Sebagai bagian dari tim Aksantara, Najwa turut terlibat dalam berbagai proyek inovatif, termasuk di bidang rocketry. Penyelenggaraan International Rocket Engineering Competition (IREC) 2025 di Texas, Amerika Serikat, menjadi momentum penting yang turut mengakselerasi kolaborasi ini. Selain menjadi platform pembelajaran global bagi tim Aksantara ITB, kehadiran Najwa di Amerika Serikat juga menjadi representasi kontribusi mahasiswa Indonesia dalam forum teknologi dirgantara internasional.
Indonesia Lighthouse melihat kolaborasi ini sebagai langkah strategis yang tidak hanya mendukung pengembangan individu, tetapi juga mendorong pertumbuhan komunitas teknologi muda di Indonesia. "Kami percaya bahwa investasi pada talenta muda seperti Najwa dan tim Aksantara akan memberi dampak jangka panjang bagi kemajuan teknologi dirgantara Indonesia," ujar Dian Widhiati.
Sebagai bagian dari kolaborasi ini, Indonesia Lighthouse memberikan sebuah tantangan kepada tim rocketry Aksantara ITB, yakni mencapai target teknis tertentu sebagai prasyarat untuk mengirimkan dua anggota tim ke ajang IREC 2025 di Texas. Tantangan ini dimaksudkan untuk mendorong kesiapan dan kedalaman riset tim dalam menghadapi persaingan tingkat global. Namun, keterbatasan waktu serta tantangan teknis di lapangan menyebabkan tim belum sepenuhnya mampu memenuhi target yang ditetapkan dalam kurun waktu yang ada. Meskipun demikian, Indonesia Lighthouse tetap menunjukkan komitmen kuat terhadap misi besarnya, yakni membuka akses pengalaman internasional bagi talenta muda Indonesia.
Sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan semangat tim, yayasan Indonesia Lighthouse memutuskan untuk tetap memberangkatkan satu anggota tim rocketry Aksantara ke IREC 2025. Setelah melalui proses seleksi internal yang mencakup penulisan esai mengenai strategi pengembangan tim rocketry, Najwa Rashika Az-Zahra Raharema terpilih sebagai peserta yang mewakili Aksantara ITB dalam program observasi dan pembelajaran langsung di ajang internasional tersebut.
Pada Jumat (6/6/2025), setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih 28 jam, Najwa tiba di Bandara Internasional Houston, Amerika Serikat, sekitar pukul 12.30 siang waktu setempat. Kehadirannya di sana tidak hanya membawa semangat dari kampusnya, tetapi juga menjadi representasi dari kerja keras, kolaborasi, dan semangat kemajuan mahasiswa Indonesia dalam bidang teknologi kedirgantaraan. Pemilihan Bandara Houston sebagai titik kedatangan Najwa oleh Indonesia Lighthouse bukanlah keputusan kebetulan. Kota Houston dikenal sebagai salah satu ikon dunia dalam bidang eksplorasi luar angkasa. Di sinilah NASA Johnson Space Center berada, pusat kendali misi antariksa Amerika Serikat yang legendaris, tempat di mana sejarah penjelajahan luar angkasa ditorehkan.
Memanfaatkan momentum tersebut, pada Sabtu (7/6/2025) pagi, Najwa berkesempatan mengunjungi kompleks NASA Johnson Space Center. Dalam kunjungan edukatif ini, ia melihat secara langsung berbagai wahana luar angkasa, termasuk roket dan pesawat ulang-alik yang pernah digunakan dalam misi eksplorasi orbit dan luar angkasa. Kunjungan ini menjadi pengalaman yang tak ternilai bagi Najwa, yang selama ini hanya mempelajari sistem dan struktur roket melalui teori dan simulasi di kampus. Menyaksikan langsung bentuk fisik roket dan instalasi kontrol misi memberikan perspektif baru sekaligus inspirasi mendalam mengenai realisasi teknologi kedirgantaraan di dunia nyata.
“Melihat langsung teknologi dan warisan panjang eksplorasi luar angkasa di NASA benar-benar membuka mata saya. Ini bukan hanya tentang ilmu, tapi tentang bagaimana mimpi-mimpi besar bisa diwujudkan melalui kolaborasi, riset, dan dedikasi,” ungkap Najwa saat diwawancarai singkat setelah kunjungan.
Pada sore harinya, agenda Najwa berlanjut dengan penerbangan menuju Kota Midland, Texas, lokasi penyelenggaraan International Rocket Engineering Competition (IREC) 2025. Kota ini menjadi tuan rumah bagi ajang bergengsi yang mempertemukan tim-tim mahasiswa dari berbagai negara untuk memamerkan inovasi dan keahlian mereka di bidang teknologi roket.
Setibanya di Midland, Najwa mulai berinteraksi langsung dengan sejumlah tim peserta IREC 2025 dari berbagai universitas internasional. Dalam sesi diskusi informal yang berlangsung hangat, ia mendapatkan gambaran awal mengenai pendekatan, strategi, dan semangat kompetisi yang diterapkan para peserta. Suasana kompetitif yang inklusif dan terbuka ini memberikan kesan yang berbeda dibandingkan dengan pengalaman kompetisi yang pernah ia temui di Indonesia.
Para peserta tidak hanya fokus pada kemenangan, tetapi juga terbuka untuk berbagi pengetahuan teknis, pengalaman lapangan, hingga pendekatan manajerial dalam pengembangan sistem roket mereka. Interaksi ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi Najwa, bukan hanya secara akademik, tetapi juga dalam membangun jejaring dan budaya kolaboratif antar bangsa.
Pengalaman langsung di arena IREC 2025 ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan tim rocketry Aksantara ITB ke depan, serta mendorong terciptanya ekosistem kompetisi teknologi yang lebih kuat dan terbuka di Indonesia. Najwa dijadwalkan untuk mengikuti rangkaian kegiatan IREC hingga acara puncak, sebelum kembali ke tanah air dan membagikan pengalaman ini kepada rekan-rekannya di kampus.
Hari ini, Rabu (11/6/2025) waktu Indonesia atau 10 Juni 2025 waktu Midland, kompetisi IREC 2025 resmi dimulai. Ajang bergengsi yang akan berlangsung hingga 14 Juni 2025 ini diikuti oleh tim-tim mahasiswa dari berbagai negara, dan menjadi salah satu panggung tertinggi bagi pengembangan teknologi rocketry di tingkat perguruan tinggi. Bagi Najwa Rashika Az-Zahra Raharema, keikutsertaan dalam program observasi ini bukan sekadar pengalaman pribadi, melainkan misi pembelajaran yang lebih luas. Pengalaman langsung yang ia peroleh selama mengikuti rangkaian kegiatan IREC 2025 diharapkan dapat dibagikan secara konstruktif kepada rekan-rekannya di Aksantara ITB, terutama kepada tim yang dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi ini pada tahun mendatang.

Lebih dari sekadar kunjungan teknis, partisipasi Najwa menjadi bagian dari strategi berkelanjutan Yayasan Indonesia Lighthouse dalam memberdayakan talenta muda Indonesia melalui penguatan keterampilan, jejaring internasional, dan wawasan global. Inisiatif ini selaras dengan visi Indonesia Lighthouse untuk menjadi jembatan antara generasi muda Indonesia dan dunia, melalui pendidikan, riset, dan kolaborasi lintas budaya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai program, aktivitas, dan kiprah Indonesia Lighthouse, masyarakat dapat mengunjungi situs resmi di www.indonesialighthouse.org atau mengikuti akun Instagram di @indonesialighthouse.