Rabu 18 Jun 2025 09:35 WIB

PT MTG Targetkan Operasi Kembali pada 2026, Komitmen Rekrut Lagi Karyawan Lama

Proses renovasi gedung PT MTG akan mulai dilakukan pada bulan depan.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Penyerahan Jaminan Hari Tua (JHT) kepada ratusan karyawan yang terdampak PHK pascainsiden kebakaran PT MTG.
Foto: Wulan Intandari
Penyerahan Jaminan Hari Tua (JHT) kepada ratusan karyawan yang terdampak PHK pascainsiden kebakaran PT MTG.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- PT Mataram Tunggal Garment (MTG) menegaskan komitmennya untuk bangkit kembali setelah musibah kebakaran yang menghantam 85 persen fasilitas produksi mereka pada 21 Mei 2025 lalu.

Komisaris Utama PT MTG, Robby Kusumaharta, mengungkapkan bahwa saat ini proses pendataan kerugian sedang dilakukan oleh pihak asuransi. Ia juga menyampaikan perusahaan menargetkan untuk kembali beroperasi penuh pada tahun 2026, dan yang lebih penting, berkomitmen mempekerjakan kembali karyawan-karyawan lamanya.

Rencananya proses renovasi gedung PT MTG itu akan mulai dilakukan pada bulan depan. Namun, prioritas perusahaan tetap tertuju pada perlindungan pekerja dan kepercayaan pembeli.

"85 persen habis, sekarang asuransi (lagi) menghitung. Pokoknya yang penting pekerja amankan dulu. Kedua buyer butuh dijaga, karena mereka komplain juga kita," ujar Robby, Senin (16/6/2025).

"Pabrik akan segera dibangun, Insya Allah (tahun 2026 bisa operasional lagi). Kami berkomitmen nanti kalau (renovasi gedung) pabrik kami selesai, tentunya (karyawan) masih bekerja dengan kami. Nah, sekarang kita jaga silaturahmi selama ini," katanya menambahkan.

Meski dilanda musibah, Robby menyampaikan PT MTG tetap bergerak cepat. Pihak manajemen bahkan menjalin komunikasi dengan beberapa perusahaan garmen di Klaten untuk menampung sementara tenaga kerja yang terdampak, sekaligus membantu memenuhi pesanan MTG selama masa pemulihan.

Selama masa jeda ini, Robby menyebut perusahaan sedang membangun kerja sama dengan beberapa lembaga untuk pelatihan keterampilan dan kewirausahaan bagi para karyawan terdampak.

Saat ini, produksi sementara dialihkan ke dua lokasi yaitu PT Globalindo di Klaten dan SMK Muhammadiyah 1 Tempel, Sleman. Di SMK Muhammadiyah 1 Tempel, setidaknya ada 50 pekerja yang menangani divisi penting seperti Production Planning and Inventory Control (PPIC), pembuatan sampel, dan Managing Director (MD).

Sementara untuk bekas lokasi PT Primissima, proses relokasi masih tertunda karena belum ada kesepakatan final. Robby juga menjelaskan sekitar 800 pekerja tetap saat ini berada dalam masa pelatihan dan akan dipanggil kembali setelah pabrik selesai direnovasi.

"Temporal ini di-cut tapi kemudian dilatih. Nanti masuk lagi," ungkapnya.

Sementara 989 karyawan kontrak lainnya yang terdampak PHK menerima pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) dengan jumlah yang berbeda-beda. Robby menegaskan bahwa hubungan perusahaan dengan karyawannya tetap dijaga. 

"Anak-anakku yang hari ini secara formal dinyatakan PHK, tapi tidak berarti kalian itu berada jauh dari jarak kami. Dan tentu izinkan saya menyampaikan terima kasih kepada kalian, anak-anakku. Kita berkomitmen nanti kalau pabrik kami selesai, Anda tentunya masih bekerja dengan kami,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, menegaskan bahwa keberlangsungan PT MTG penting bagi perekonomian daerah, karena merupakan perusahaan ekspor terbesar kedua setelah SGI di DIY.

Oleh karenanya, Pemkab Sleman turut berkomitmen bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan dan sejumlah perusahaan padat karya untuk menyerap karyawan terdampak, tanpa perlu pelatihan ulang.

"PT Mataram Tunggal Garment ini juga perusahaan yang menyumbang ekspor terbesar kedua setelah SGI. Jadi ya kalau berhenti ya eman-eman juga kan," ungkap Danang.

"Kami berusaha dengan dinas tenaga kerja untuk bekerja sama dengan PT-PT yang saat ini membutuhkan tenaga kerja. Sehingga tidak harus melatih lagi untuk kita titipkan," ucapnya.

Danang juga menyoroti pentingnya manfaat JHT yang sudah dicairkan, agar para pekerja dapat menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari atau sebagai modal usaha mandiri.

"Dengan harapan ini bisa menjadi ya modal atau apalah untuk tenaga kerja agar selama dia berhenti kerja ini bisa untuk mencukupi kebutuhan atau untuk modal usaha beliau, tenaga kerja ini," ujarnya.

Dampak kebakaran hebat yang melanda PT MTG ini tidak hanya meluluhlantakkan bangunan, tetapi juga mengguncang kehidupan ratusan karyawannya. Salah satunya adalah Tri, warga Murangan berusia 56 tahun yang telah mendedikasikan hampir tiga dekade hidupnya untuk perusahaan tersebut.

Meski statusnya baru resmi kontrak tahun lalu, Tri mengaku sudah dari tahun 1996 menjalani berbagai tugas di PT MTG. Ia biasa mengerjakan apa pun yang dibutuhkan perusahaan dari memotong kain hingga memasang material, tergantung perintah atasan.

Kini setelah resmi terkena PHK, Tri menyikapinya dengan tenang dan penuh keikhlasan. Untuk rencana ke depan, Tri menyadari usianya tidak lagi muda. Ia tidak berharap banyak bisa diterima di perusahaan lain.

"Arep tandur (mau bertani), ya mau kemana lagi? Usia sudah enggak produktif, mau daftar juga enggak bisa, paling ya itu, atau ini ada pesangon ya aku belikan kambing atau untuk ke sana," ungkapnya.

Namun ia tetap menyimpan harapan, apabila PT MTG kembali pulih dan memanggilnya lagi, ia siap untuk bekerja kembali.

"Ya kalau dipanggil lagi Insya Allah masih mau, tapi kalau disuruh daftar ke perusahaan sana-sana kelihatannya udah enggak, soalnya usia juga udah itu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement