REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Atma Jaya dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya bekerja sama dengan Frans Seda Foundation kembali menyelenggarakan Frans Seda Award 2025, sebuah penghargaan dua tahunan yang diberikan kepada insan muda Indonesia yang menunjukkan dedikasi luar biasa dalam bidang pendidikan dan kemanusiaan. Penghargaan ini merupakan wujud penghormatan terhadap semangat dan keteladanan Frans Seda (1926–2009), seorang negarawan, pendidik, dan pelayan gereja yang sepanjang hidupnya menegaskan komitmen 'mengabdi Tuhan dan Tanah Air.'
Memasuki kali ke-6 penyelenggaraannya, Frans Seda Award memasuki babak baru dengan semakin banyaknya inisiatif akar rumput yang lahir di tengah komunitas, memperlihatkan kreativitas, empati, dan daya juang generasi muda dalam menjawab persoalan sosial di seluruh Indonesia. Dari ratusan pendaftar yang masuk, Dewan Juri menetapkan enam kandidat terbaik dari dua kategori: Pendidikan dan Kemanusiaan.
Ketua Panitia Frans Seda Award 2025, Dr Angela Oktavia Suryani menyampaikan bahwa penghargaan ini bukan hanya tentang apresiasi, tetapi juga tentang menghadirkan ruang perjumpaan bagi para penggerak sosial muda yang membawa perubahan nyata. "Frans Seda Award ingin mengenali, menguatkan, dan memperluas dampak para pelaku perubahan muda Indonesia. Semangat Frans Seda hidup melalui karya mereka,” ujarnya.
Para finalis tahun ini berasal dari Nusa Tenggara Timur (Larantuka dan Sumba Barat), Danau Toba - Sumatera Utara, Banjarmasin – Kalimantan Selatan dan Depok – Jawa Barat. Mereka adalah Empriani Maria Ina Magi (Sekolah Alam Dyatame), Ima Novita Siregar (Alusi Tao Toba) dan Magdalena Oa Eda Tukan (Lembaga Arsip dan Kajian Simpasio Instutite) untuk kategori pendidikan, serta Dissa Syakina Ahdanisa Deaf Café Finger Talk & Deaf Car Wash), Mariana Noda Ngara (Relawan SOPAN/Solidaritas Perempuan dan Anak) dan Muhammad Aripin (Rumah Kreatif dan Pintar) untuk ketagori kemanusiaan.
Mereka menjalankan kerja nyata dalam isu pendidikan komunitas, pemberdayaan perempuan dan disabilitas, arsip budaya, literasi, hingga pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat. Mereka adalah contoh konkret kepedulian sosial yang diwujudkan melalui tindakan—selaras dengan nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan harapan yang menjadi inti warisan Frans Seda.
Setelah melalui seleksi yang ketat, Dewan Juri yang diketuai oleh Prof Rosdiana Sijabat, (Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya) dan beranggotakan Pandu Satria Jati Bonifasius (Yayasan Bhumiksara), Hasanuddin Ali (Nahdlatul Ulama), Haryo Damardono (Harian Kompas), Prof Yustinus Budi Hermanto dan Prof Kusbiantoro (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia/APTIK) memutuskan penerima Frans Sedda Award 2025 adalah Empiriani Maria Ina Magi, untuk kategori Pendidikan, dan Dissa Syakina Ahdanisa, untuk kategori Kemanusiaan. Dewan Juri juga memilih pemenang favorit yaitu Muhammad Aripin.
Penghargaan resmi diberikan pada 5 Desember 2025 di Kampus Semanggi, sebagai bagian dari rangkaian penutup Lustrum XIII Unika Atma Jaya. Dalam sambutannya di acara penganugerahan ini, Rektor Unika Atma Jaya, Prof Yuda Turana mengatakan melalui Frans Seda Award, Atma Jaya tidak hanya mendidik, tetapi menghidupkan nilai kemanusiaan.
"Kami bangga mendukung para penggerak muda yang memberi dampak nyata bagi masyarakat," katanya.
Penganugerahan ini diharapkan menjadi momentum bagi masyarakat luas untuk mengenal karya-karya inspiratif generasi muda serta mendorong lebih banyak inisiatif yang mempromosikan pendidikan berkualitas dan keberpihakan pada kelompok rentan.