Sabtu 28 Jan 2023 14:09 WIB

Kepedulian Masyarakat Selamatkan Lingkungan DAS Harus Terus Didorong

Penanaman 1.500 pohon merehabilitasi lahan kritis kawasan DAS Tuntang.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat menanam bibit alpukat di lahan perhutanan sosial kawasan DAS Tuntang, di Desa Nyemoh, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Sabtu (28/1).
Foto: Dokumen
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat menanam bibit alpukat di lahan perhutanan sosial kawasan DAS Tuntang, di Desa Nyemoh, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Sabtu (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kepedulian masyarakat di kawasan hulu untuk menjaga dan merawat lingkungan  sekitar daerah aliran sungai (DAS) harus terus didorong. Hal ini penting agar problem lingkungan yang terjadi di kawasan hulu tidak menimbulkan persoalan di daerah hilir.

Hal ini ditegaskan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat melakukan dialog dengan warga DAS  Tuntang, di Desa Nyemoh, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Sabtu (28/1/2023).

Acaera dialog ini menjadi rangkaian dari kegiatan penanaman 1.500 pohon untuk merehabilitasi lahan kritis kawasan DAS Tuntang di Desa Nyemoh dan Desa Tempuran, Kecamatan Bringin, oleh gubernur, dinas terkait, serta masyarakat.

Dari pantauan gubernur, lahan di sekitar DAS Tuntang, yang ada di Desa Nyemoh tersebut, terlihat gundul. Padahal air di Sungai Tuntang juga mengalir sampai ke daerah lain seperti Kabupaten Grobogan dan Demak.

 

Belum lama ini, sejumlah desa di wilayah Grobogan juga dilanda banjir. Salah satu penyebab banjir tersebut akibat luapan air dari Sungai Tuntang serta jebolnya tanggul Sungai Lusi dari Kabupaten Blora.

Jadi masih ada lahan-lahan yang kritis di kawasan DAS yang masyarakatnya harus terus didorong sekaligus diedukasi untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar DAS, termasuk DAS Tuntang.

Sebab kalau DAS di kawasan hulu gundul dan lingkungannya rusak, saat dihajar hujan lebat sedimentasinya akan menuju kawasan hilir dan jika sedimentasinya tinggi, badan sungai tidak akan berfungsi optimal untuk menampung debit air yang meningkat.

Sehingga air sungai akan meluap menerjang permukiman dan  lahan pertanian. “Maka tadi ada yang ngomong, pak mushala kami bahaya, bangunan SD kami bahaya karena tanah tergerus sungai karena berada di pertemuan dua sungai,” jelas gubernur.

Untuk daerah pertemuan dua arus sungai, lanjut Ganjar, harus dicarikan solusi. Maka dari itu dalam kegiatan penanaman pohon kali ini juga melibatkan Dinas Pusdataru, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), kepala desa, dan perwakilan Pemkab Semarang.

Nanti jika tidak bisa menyelesaikan dengan cepat bisa dilakukan dengan kerja gotong-royong, seperti melibatkan TNI melalui kegiatan TMMD. “Namun yang terpenting adalah penanaman  untuk merehabilitasi lingkungan DAS dan tanamannya juga harus dirawat,” tegas Ganjar.

Kepada warga Desa Nyemoh dan DesaTempuran, gubernur juga menjelaskan persentase tanaman yang ada di hutan, dataran tinggi, maupun di kawasan DAS.

Sesuai ketentuan, persentase komposisi tanaman telah ditetapkan 50 persen harus ditanami tanaman keras, 20 persen multi purpose tree species (MPTS), dan 30 persen tanaman perhutanan sosial.

Maka yang 30 persen itu tempatnya di mana, bagaimana cara menanamnya pemerintah yang akan mendampingi. Sehingga hutannya akan terlindungi, terjaga, terawat, dan bisa dikonservasi terus.

Lahan-lahan ini juga bisa dimanfaatkan untuk rakyat. “Sehingga, masyarakat juga mendapatkan manfaat dari perhutanan sosial ini,” tegas gubernur.

Ia juga menyampaikan, penanaman pohon hari ini, juga dilakukan serentak di Jateng dan berbagai daerah di Indonesia. Adapun di Jateng sendiri, total ada 15.000 bibit pohon yang ditanam serentak di berbagai wilayah.

“Bahkan penanaman ini juga dilakukan serentak di seluruh Indonesia atas instruksi Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, kepada eksekutif, legislatif, dan pengurus partai semua menanam serentak di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement