REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengartikan bahwa pernyataan Presiden Joko Widodo yang menggaungkan untuk membenci produk luar negeri sebagai salah satu bentuk keberpihakan pada produk-produk dalam negeri. Narasi yang dibangun adalah penggunaan produk lokal.
"Mungkin kalimat membenci itu dalam arti untuk menegaskan keberpihakan kita karena faktanya tidak semua bisa kita produksi sendiri, namun saya mencermatinya atas narasi yang disampaikan oleh Pak Presiden kalau saya menerjemahkan, ayo pakai produksi dalam negeri secara serius dan memang mesti ada insentif yang diberikan," katanya di Semarang, Jumat.
Menurut Ganjar, interpretasinya juga sudah diterapkan oleh dirinya di Jawa Tengah. Tidak hanya pendampingan dan memberikan insentif, namun juga dengan membeli produk-produknya dan mempermudah proses jika UMKM harus masuk dalam e-katalog.
"Umpama dia harus masuk ke e-katalog, ya itu dipermudah, maka kita punya aplikasi nanti yang kita siapkan namanya 'Blangkon Jateng' itu nanti kita pakai untuk memudahkan penunjukkan langsung (barang) yang di bawah Rp200 juta, tapi transparan dan ini kita pakai untuk membeli produk dalam negeri dan sebenarnya kita hanya butuh praktik saja, kalau Pak Presiden bilang gitu mau gak ikut kita?" ujarnya.
Contoh lain yang telah diterapkannya di Provinsi Jateng adalah kebijakan mengenakan baju adat sebagai seragam setiap Kamis. Ini secara otomatis menggeliatkan produk dalam negeri.
Bukti lain bahwa Pemprov Jateng mendukung produk dalam negeri menggencarkan penggunaan GeNose C19 yang murni merupakan karya anak bangsa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Dengan berbagai bentuk dukungan terhadap produk dalam negeri, kata Ganjar, langkah selanjutnya adalah bagaimana pemerintah benar-benar hadir mendukung geliat dari produk dalam negeri.