REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek dan Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo ditargetkan akan mulai dialiri air sekutar Juni 2021, dan diresmikan akhir 2021. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta Bupati Trenggalek dan Bupati Ponorogo bergerak cepat menyusun peta prioritas aliran irigasi air dari bendungan tersebut sampai ke hilir area pertanian.
"Bahwa ada harapan besar bagi warga Trenggalek. Bahwa Juni ini, menurut rencana PUPR, Bendungan Tugu sudah mulai diairi. Bendungan Tugu ini bisa mengairi 1.200 hektar area persawahan di Trenggalek," kata Khofifah, Jumat (5/3).
Saat ini, kata Khofifah, progres pembangunan Bendungan Tugu sudah mencapai 83 persen, yang pembangunan fisiknya akan segera dirampungkan Kementerian PUPR. Selain itu, ada Bendungan Bendo di Ponorogo yang juga akan mulai diairi sekitar Juni atau Juli 2021. Saat ini progres pembangunannya telah mencapai 71,59 persen.
"Daya tampungnya 43,11 juta meter kubik dan bisa digunakan untuk peningkatakan layanan irigasi seluas 7.800 hektar area pertanian," ujarnya.
Khofifah meminta Bupati Trenggalek dan Bupati Ponorogo segera melakukan Musrenbang dan mulai memetakan aliran prioritas dari bendungan Tugu maupun Bendungan Bendo. Agar air bendungan Tugu dan bendungan Bendo bisa memaksimalkan produktivitas pertanian dan perkebunan serta perikanan tawar di Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo.
Apalagi, lanjut Khofifah, Musrenbang tingkat provinsi akan digelar April 2021. Artinya, Musrenbang tingkat kabupaten/ kota harus sudah selesai pada Maret 2021. Setelah dua bendungan tersebut diresmikan, kata Khofifah, pada 2022 harus sudah mulai nampak peruntukannya untuk mengairi 1.200 hektar lahan di Trenggalek dan 7.800 hektar lahan di Kabupaten Ponorogo.
"Kami harap agar segera disusun prioritas untuk bisa memaksimalkan penguatan sektor agro terutama kopi dan kakao," kata Khofifah.
Khofifah melanjutkan, sektor yang potensial untuk dikembangkan di Trenggalek dan Ponorogo adalah kopi dan kakao. Kopi dan kakao hingga kini dijadikan sebagai andalan Jatim maupun nasional yang sektor hilirnya sudah sangat banyak.
"Artinya dengan adanya maksimalisasi pengairan ini, pengembangan sektor pertanian dan perkebunan akan menemukan format yang lebih strategis. Ke depan juga ada rencana replantasi yang lebih luas," ujarnya.