REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dalam buku berjudul "Provinsi Jawa Tengah dalam Angka 2021", Kota Solo menempati urutan pertama kota terpadat di Provinsi Jawa Tengah pada 2020. Angka kepadatan penduduk tertinggi di Jateng tersebut diperkirakan lantaran luas wilayah Solo yang kecil.
Data BPS itu menyebutkan, angka kepadatan penduduk di Solo sebesar 11.353,27 jiwa per kilometer persegi. Di mana pada 2020 jumlah penduduk Solo tercatat sebanyak 522.364 jiwa.
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Solo, Yohanes Pramono, mengatakan, migrasi penduduk di Solo sebenarnya tidak tinggi. Jumlah penduduk yang pindah dan yang datang selisihnya tidak banyak. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk juga diklaim tidak besar.
Dalam satu semester, pertumbuhan penduduk ada sekitar 3.000 jiwa, yang dihitung dari selisih kelahiran dengan kematian, dan perpindahan dengan kedatangan. Di samping itu, proses migrasi sudah diatur dalam Undang-Undang Administrasi Kependudukan dan Peraturan Presiden (Perpres). Kedua aturan tersebut dianggap cukup mempermudah migrasi penduduk.
"Pertumbuhan penduduk tidak terlalu tinggi, hanya memang jumlah penduduk itu sudah tinggi. Karena luas wilayah Solo kecil, hanya 44 kilometer persegi," kata Yohanes kepada wartawan, Kamis (18/3).
Yohanes menyebut, jumlah penduduk Solo pada data konsolidasi bersih semester kedua 2020 sebanyak 578.350 jiwa. Jumlah tersebut dibagi dengan luas wilayah, maka akan ketemu rata-rata kepadatan penduduk. "Persoalannya luas wilayah kita itu semakin kecil. Jadi kalau itungan kemudian, Solo terpadat, iya karena luas wilayah kecil, penduduk banyak," jelasnya.
Apalagi, lanjutnya, Solo merupakan tempat tujuan wisata dan pusat kegiatan ekonomi. Solo juga dinobatkan sebagai kota ternyaman di Indonesia. Sehingga, hal itu memicu kedatangan penduduk dari daerah lain. "Itu penduduk lho, belum termasuk yang pendatang hanya indekost dan seterusnya. Karena jumlah penduduk itu hanya yang tercatat secara administrasi," ucap Yohanes.
Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BPMPPAKB) Solo, Purwanti, mengatakan, dari aspek kelahiran, angka kelahiran di Solo terbilang rendah. Dalam satu tahun pada 2020, ada kelahiran sekitar 9.000 jiwa. Angka tersebut sedikit turun dibanding 2019. "Memang kondisi sejak awal di Solo padat, dari tahun ke tahun kepadatan cukup tinggi," ujar Purwanti.
Meski demikian, Pemkot tidak bisa mengendalikan migrasi penduduk yang keluar dan masuk Solo. Tingginya migrasi disebabkan berbagai faktor. Antara lain, tingginya kesempatan memperoleh pekerjaan, peluang ekonomi produktif, pusat perdagangan dan pendidikan, serta berbagai fasilitas yang ada di Solo.