REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Forum Perpustakaan Sekolah/Madrasah Indonesia (FPMSI) Mulyanto mengatakan perpustakaan di sekolah, khususnya SD memiliki kondisi yang memprihatinkan. Hanya 9,3 persen yang tergolong baik dan 27 persen lainnya bahkan tidak memiliki perpustakaan di sekolahnya.
Selain itu, 48 persen perpustakaan rusak ringan dan selebihnya masuk pada kategori rusak sedang dan berat. "Belum lagi jika dilihat dari segi akreditasi. Pasti jauh lebih sedikit. Data hingga tahun 2020 perpustakaan sekolah yang sudah terakreditasi sebanyak 2.275 atau hanya 0,84 persen dari 270 ribuan sekolah/madrasah," kata Mulyanto, dalam Rakornas Bidang Perpustakaan 2021, Selasa (23/3).
Ia mengatakan pengukuran indeks literasi dilakukan pada anak sekolah dan mereka selalu dituntut untuk menjadi lebih baik. Namun, kondisi perpustakaan sekolah di Indonesia ternyata tidak lebih baik.
"Memang perpustakaan sekolah bukan satu-satunya keberhasilan dalam meningkatkan indeks literasi. Namun, akan lebih baik dilakukan pembinaan di perpustakaan oleh pustakawan yang baik," kata dia.
Mulyanto menilai, perpustakaan di sekolah dan madrasah memiliki peranan penting dalam meningkatkan literasi. Perpustakaan di sekolah dan madrasah dapat menjadi jantung dalam kegiatan literasi.
Terkait hal tersebut, beberapa langkah bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas perpustakaan sekolah/madrasah di Indonesia. Pertama, Mulyanto menyarankan untuk menjadikan perpustakaan sekolah/madrasah sebagai pusat kegiatan gerakan literasi di sekolah.
Selain itu, penting juga menjadikan perpustakaan sekolah menjadi salah satu dari indikator kinerja utama kepala sekolah. Ia berharap, penilaian kepala sekolah juga memasukan akreditasi perpustakan sebagai salah satu komponen utama penilaian.
"Apabila ini bisa jadi nilai utama, maka setiap kepala sekolah akan berusaha seoptimal mungkin untuk meningkatkan perpustakaan sekolahnya," kata Mulyanto menambahkan.