REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mendaftarkan tenaga didiknya untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19. Hal ini dilakukan untuk menunjang pembelajaran tatap muka secara terbatas di masa pandemi Covid-19.
Pelaksana Harian Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta, Dedi Budiono mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan persiapan untuk pembelajaran tatap muka.
"Untuk guru dan tenaga kependidikan di Kota Yogya sudah kami daftarkan semua untuk vaksinasi Covid-19. Jumlahnya sekitar 8.000 orang dan kini dalam proses vaksinasi," kata Dedi, Kamis (25/3).
Untuk teknis pembelajaran tatap muka masih perlu dikoordinasikan lebih lanjut. Jika tatap muka dilaksanakan, kata Dedi, direncanakan untuk diterapkan satu siswa dalam sehari maksimal dua mata jam pelajaran.
"Satu siswa dalam sehari KBM (kegiatan belajar mengajar) maksimal dua jam mata pelajaran dengan durasi 90 menit," ujarnya.
Tiap kelas rombongan belajar nantinya dibagi menjadi tiga kelas dengan dua sesi pembelajaran. Hal ini dilakukan agar jaga jarak fisik tetap terjaga selama pembelajaran tatap muka berlangsung.
"Misalnya pada SD dibagi kelas satu sampai enam, maka dalam sepekan tiap siswa hanya masuk satu hari. Pengaturan dari sejak siswa masuk diantar ke sekolah sampai dijemput orang tua," kata dia.
Seperti diketahui, Pemerintah Daerah (Pemda) akan memulai pembelajaran tatap muka. Namun akan dimulai dari perguruan tinggi.
Namun, Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana mengatakan, kebijakan ini harus didukung dengan vaksinasi Covid-19 bagi civitas akademik. Hal ini mengingat risiko terpapar Covid-19 masih tinggi, terutama bagi civitas akademik yang sudah lanjut usia.
"Dosen, karyawan dan civitas akademika perlu didahulukan program vaksinasinya," kata Huda.
Selain itu, katanya, juga akan datang mahasiswa dari luar daerah. Dengan sudah mendapatkan vaksinasi, diharapkan risiko penyebaran Covid-19 di lingkungan kampus dapat ditekan.
"Pemda sebaiknya segera berkoordinasi untuk vaksinasi kampus ini agar bisa segera terlaksana dan masuknya mahasiswa tidak menimbulkan klaster penularan baru," ujar Huda.