REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pemkab Sleman kembali melakukan perpanjangan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro di Kabupaten Sleman. Bupati Sleman, Kustini Purnomo mengatakan, dalam perpanjangan ini ada beberapa perubahan.
Salah satu perubahan kebijakan terkait pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara daring, kini dibolehkan secara luring atau tatap muka. Namun, Kustini menekankan, izin belajar mengajar untuk menggelar tatap muka masih terbatas.
"Terbatas bagi tingkat perguruan tinggi yang dibuka secara bertahap dengan proyek percontohan dan tentunya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat," kata Kustini di Pendopo Parasamya Kabupaten Sleman, Kamis (25/3).
Ia berpendapat, kebijakan itu juga masih memerlukan koordinasi antara Pemkab Sleman, utamanya Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sleman dan perguruan tinggi. Sebab, harus ada prosedur standar mencegah penyebaran covid-19.
Adapun perubahan kebijakan lainnya dalam perpanjangan PPKM ini diizinkannya kegiatan di fasilitas umum dengan pembatasan maksimal 50 persen dari kapasitas fasum. Meski begitu, harus tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
"Kegiatan seni, sosial dan budaya juga diizinkan dengan pembatasan maksimal 25 persen dari kapasitas tempat. Masyarakat tetap memperhatikan protokol kesehatan dalam melakukan aktivitas untuk menghindari penyebaran covid-19," ujar Kustini.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinkes Sleman, Atikah Nurhesti menerangkan, sampai 24 Maret 2021 di Kabupaten Sleman tidak ada zona dengan kategori orange dan merah di seluruh padukuhan. Artinya, saat ini hanya zona hijau dan kuning.
"Kuning ini konfirmasi positif hanya ada 1-5 orang dalam satu RT selama tujuh hari," kata Atikah.
Terkait program vaksinasi di Kabupaten Sleman, Atikah menuturkan, vaksinasi bagi tenaga kesehatan telah mencapai lebih dari 100 persen. Dari jumlah target sebanyak 17.000 nakes, terdapat sebanyak 18.518 nakes yang telah divaksin.
"Untuk Lansia, baru berjalan dua pekan mencapai 30 persen. Sementara, pelayan publik sebanyak 24.297 orang untuk dosis pertama dan masih berlangsung sampai sekarang," ujar Atikah.