REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Seperti yang terjadi di tingkat nasional, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, sepanjang 2020 juga mengalami kontraksi negatif. Bupati Dyah Hayuning Pratiwi menyebutkan, pertumbuhan ekonomi wilayahnya pada 2020 mencapai minus 1,23 persen.
''Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2019, pertumbuhan ekonomi 2020 anjlok drastis. Pada 2019, pertumbuhan ekonomi Purbalingga bisa mencapai 5,65 persen,'' jelasnya, Senin (29/3).
Meski mengalami kontraksi, Tiwi menyebutkan, koreksi terhadap pertumbuhan ekonomi di daerahnya masih lebih baik dibanding tingkat nasional dan Jateng. Pada 2020, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai minus 3,43 persen, sedangkan tingkat Jateng mencapai minus 3,93 persen.
Terkait kondisi ini, bupati berharap pertumbuhan ekonomi negatif tidak terjadi lagi pada 2021. Untuk itu, dia meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) untuk mengawal upaya pemulihan ekonomi di Purbalingga.
Antara lain dengan melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan transaksi produk UMKM, dan mengawal berbagai program yang terkait dengan revitalisasi sarana perdagangan. Ia menyebutkan, sepanjang lima tahun terakhir masa kepemimpinannya, Dinperindag telah menunjukkan kinerja yang positif.
Selama lima tahun tersebut, Dinperindag telah mengawal proyek revitalisasi 13 pasar rakyat, pembangunan sentra industri logam (LIK Logam), dan sentra industri batok kelapa di Kelurahan Purbalingga Wetan.
Di samping itu, tambah Tiwi, Dinperindag juga dinilai mampu mendorong komoditas lokal gula kelapa melakukan ekspor ke mancanegara. ''Ke depan, kami berharap ada lebih lebih banyak komoditas lokal yang bisa menjadi komoditas ekspor,'' jelasnya.
Bupati juga menyebutkan, program revitalisasi pasar tetap berlanjut pada masa mendatang. Antara lain, pada 2021 ini Purbalingga mendapatkan alokasi bantuan revitalisasi Pasar Bukateja. Sedangkan pada 2022, revitalisasi akan dilanjutkan pada Pasar Badog.
Program lainnya yang masih perlu terus dikembangkan antara lain pengembangan sentra industri selain logam dan batok, sentra industri gula kelapa, sapu glagah, sentra industri kain antihan, sentra industri jamu gendong, dan lainnya.
''Dinperindag bisa menjalin komunikasi dengan desa agar potensi-potensi yang ada di desa mampu kita bantu untuk menggerakan ekonomi masyarakat,'' katanya.
Bupati Tiwi juga berharap, keberlanjutan pembangunan Purbalingga Food Center (PFC) dengan alokasi anggaran Rp 2,6 miliar mampu dimanfaatkan secara maksimal. ''Pembangunan PFC ini akan besar manfaatnya bagi para PKL (Pedagang Kaki lima) sehingga bisa menjadi penggerak pemulihan ekonomi masyarakat,'' ujar dia.