REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,08 persen pada Maret 2021. Nilai ini merupakan inflasi terendah di antara kota dan kabupaten lainnya di Jawa Timur (Jatim).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tertinggi di Jatim dialami Jember dengan nilai 0,45 persen. Kemudian Kabupaten Banyuwangi 0,31 persen, Kota Madiun 0,19 persen, dan Kota Probolinggo 0,18 persen. "Lalu, Kota Kediri 0,15 persen, Sumenep 0,12 persen, dan Kota Surabaya 0,09 persen," kata Kepala BPS Kota Malang, Sunaryo.
Pada inflasi Kota Malang, cabai rawit menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Maret 2021. Komoditas ini mengalami kenaikan harga sebesar 28,66 persen. Dengan kata lain, turut memberikan inflasi di Kota Malang sebesar 0,11 persen.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar kedua, yakni bayam. Menurut Sunaryo, sayuran ini mengalami kenaikan harga sebanyak 22,014 persen. "Dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen," kata Sunaryo.
Tahu mentah menjadi penyumbang inflasi terbesar ketiga. Harga bahan makanan ini tercatat meningkat sekitar 5,64 persen. Hal ini berarti tahu mentah turut andil memberikan inflasi sebesar 0,03 persen.
Selain itu, terdapat pula sejumlah komoditas yang menjadi penghambat inflasi di Kota Malang. Pertama, daging ayam ras yang mengalami penurunan harga sekitar 3,91 persen. Komoditas ini turut serta dalam menghambat inflasi sebanyak 0,04 persen.
Selanjutnya, harga mobil juga tercatat mengalami penurunan harga 2,19 persen. Andilnya dalam menghambat inflasi di Kota Malang sebesar 0,04 persen.
Emas perhiasan juga masuk dalam kelompok penghambat inflasi pada Maret 2021. Harga komoditas ini mengalami penurunan 3,04 persen. "Dengan andil 0,03 persen," jelasnya.
Untuk diketahui, Kota Malang sempat mengalami deflasi pada Februari 2021 dengan nilai 0,01 persen. Sementara untuk awal tahun mengalami inflasi sebesar 0,06 persen.
Ikuti Whatsapp Channel Republika