REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Teknologi digital bebasis industri 4.0 juga telah menjadi disrupsi dalam dunia militer dan pertahanan. Sebagai contoh, teknologi Kecerdasan Artifisial (AI) yang telah digunakan untuk melakukan deteksi dan klasifikasi objek penginderaan jauh dari sensor, satelit, dan drone. Data dari hasil deteksi dan klasifikasi tersebut kemudian akan disinergikan dengan hasil intelijen lapangan untuk diolah menjadi produk strategis perencanaan dan operasi militer.
"Dalam era digital ini, efektivitas dari pemanfaatan data sangat tergantung pada kemampuan manajemen ketersediaan data, interpretasi data secara cepat, dan penggabungan unsur dinamika lapangan yang semakin kompleks. Operasi militer modern melibatkan berbagai unsur kesatuan dan lembaga yang membutuhkan kemampuan pemahaman, perencanaan, dan koordinasi berbasiskan sistem digital," kata Chief Executive Officer Esri Indonesia, Achmad Istamar, saat mengumumkan kemitraaan strategis antara perusahaannya dengan Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittopad) yang merupakan badan pelaksana pusat penyedia informasi geospasial bagi TNI AD beberapa waktu lalu.
Menurut hasil studi, lebih dari 80 persen data yang dihasilkan dari pergerakan aset, sensor Internet of Things (IoT), satelit penginderaan jauh, serta drone militer memiliki informasi geospasial atau keruangan. Sehingga aspek geospasial tersebut sangat berpotensi menjadi benang merah dalam integrasi dan pengolahan data secara menyeluruh.
"Alhasil geospasial sangat berpotensi digunakan, tidak hanya sebagai platform modern pemetaan, namun juga sebagai platform integrasi data, sintesa pemahaman, koordinasi antar kesatuan dan lembaga, juga sebagai platform geo-intelligence," ujar Achmad menambahkan.
Sementara itu, di tengah pesatnya teknologi militer, Dittopad juga terus melakukan modernisasi teknologi pemetaan dan geospasial untuk meningkatkan peran dalam mendukung kebutuhan geospasial intelejen TNI-AD. Peran tersebut saat ini sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan keamanan nasional yang semakin kompleks.
"Sejalan dengan agenda inovasi dan transformasi digital, juga dalam mendukung Kebijakan Satu Peta (One Map Policy), Dittopad telah mencanangkan modernisasi bertajuk Dittopad 4.0. Kemitraan strategis dengan Esri Indonesia dalam implementasi teknologi geospasial diharapkan membawa pembaharuan bagi kemajuan Dittopad di era digital. Hal tersebut mengingat pentingnya fungsi pemetaan dan peran informasi geospasial bagi pertahanan dan keamanan negara," ujar Direktur Topografi Angkatan Darat (Dirtopad), Brigjen TNI Asep Edi Rosidin
Ia mengungkapkan, Dittopad berperan secara strategis dan sentral dalam mendukung informasi geospasial kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan TNI-AD. Teknologi membuka pintu bagi Dittopad untuk lebih efektif dalam merencanakan, membuat keputusan, serta mendukung informasi geospasial TNI-AD dengan lebih baik melalui analisa data penginderaan jauh dengan Kecerdasan Artifisial.
"Ke depannya Dittopad dapat lebih banyak memproses dan mengolah berbagai jenis data menjadi informasi yang strategis dalam mendukung kegiatan ataupun operasi yang diselenggarakan TNI-AD dalam menjaga kedaulatan NKRI," kata Asep.
Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan sinergitas Esri-Dittopad dalam memanfaatkan teknologi Geographic Information System (GIS), analisa Big Data, dan teknologi Kecerdasan Artifisal. Pemanfaatan teknologi dapat memberikan ketepatan informasi, kecepatan , kemutakhiran dan integrasi data penginderaan jarak jauh yang kemudian disajikan dalam sistem pengambilan keputusan untuk mendukung operasional kegiatan di lingkungan TNI-AD.